tafsir qur'an dengan disiplin ilmu

Jumat, 25 Februari 2011

albaqoroh 51-56

Oleh : Sandie

Al-Baqoroh 51-56

Tafsir 3a. Komponen Akal dari Dimensi Ilmu
Bismillaahir rohmaanir rohiim = dengan nama Alloh yang pengasih-penyayang

Ayat 51. Upaya Musa mencari ilmu membelah laut dilakukan dengan memusatkan diri pada akalnya. Hasil pertama, Musa dapat menembus dimensi ruang halus yang disekat oleh cermin-C (hukum penolak jasad kasar = peralihan dimensi kasar ke dimensi halus) di ruang ke-38. Sejak pertandingan ilmu antara Jibril dan Adam di syurga, telah terjadi kesepakatan bahwa hukum-hukum ruang dijadikan persyaratan untuk gelar nabi (ilmuwan penemu) dan jabatan rosul (pemimpin akal utusan Akal). Karena itu ketika Musa berhasil memasuki cermin-CP di dimensi ruang ke-48 (40 malam), Kami hukum ruang di dimensi ke 40-an telah dijadikan perjanjian bukit sebagai persyaratan bagi gelar nabi.
Maka kepada Musa yang berhasil menembus dimensi ruang 48, Kami cermin-CP memberikan gelar nabi. Musa sendiri menyebut cermin-CP sebagai anak sapi betina (pengikut/perangkat Hukum Akal). Tetapi karena ahli kitab kamu bangsa Israil menganggap Taurot sebagai kitab suci sabda Alloh yang memiliki kebenaran mutlak menurut bunyi tertulis, maka anak sapi ditafsirkan kamu secara wantah, dan bagi perangkat Hukum Akal itu kamu telah membuat patung anak sapi untuk dijadikan sembahan manusia sepeninggalnya (sepeninggal Musa = setelah Musa meninggal), sehingga kamu para penyembah anak sapi tersebut jadi orang-orang zalim (pelanggar hukum).

Ayat 52. Karena berpegang pada kebenaran Exodus yang dinyatakan pemimpin bangsa Israil sebagai penjabaran Musa dari Taurot atas petunjuk Alloh langsung, maka bangsa Israil penganut agama Yahudi mengimani ajaran Exodus yang sesat. Mereka tidak tahu samasekali bahwa Taurot adalah buku petunjuk ilmu susunan Musa sendiri, dan kebenaran petunjuk ilmu bukan pada bunyi tertulisnya tetapi dibalik tabir (gejala-tampak) bunyi tertulis itu.
Sebab sesungguhnya ketika para pengikut ajaran Musa mengikuti petunjuk Taurot dengan memusatkan diri pada akalnya (moralnya) hingga mati rasa di batas cermin-C (peralihan ruang kasar ke ruang halus), dia masuk alam halus dunia unsur (alam tersembunyi = malam hari). Kemudian sesudah masuk alam halus, Kami hukum penolak jasad kasar memaafkan kesalahan kamu yang menganiaya diri dengan membunuh rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi dirimu, sehingga kamu hidup kembali dari kematian rasa-jasadmu agar kamu bersyukur atas keberhasilan menembus alam halus itu.

Ayat 53. Demikian pula yang terjadi dengan Musa. Sesungguhnya ketika Musa memusatkan diri pada akalnya hingga mati rasa, dia dihantam-gencet gaya elektromagnet pusingan ruang 100.000 km/detik, sehingga tubuhnya menciut jadi sekecil atom dan masuk alam halus. Tetapi Musa tidak berhenti sampai di situ karena tujuannya menembus dimensi alam halus itu untuk mencari Alloh. Maka dia melanjutkan penelitiannya. Ketika Musa berhasil memasuki cermin-CP dengan mengosongkan rasa jasadnya, tubuhnya menciut jadi sekecil kaon karena dihantam-gencet gaya nuklirlemah pada pusingan ruang 150.000 km/detik.
Dengan berhasil memasuki cermin-CP, Kami berikan kepada Musa kitab (aturan hukum) yang dapat memunculkan dirinya kembali di alam kasar dengan jasad kosong seperti hantu. Sebab cermin-CP itu adalah keterangan hukum pembalikan ruang pembeda yang benar (ilmu) dan yang salah (pengetahuan, sihir), agar kamu mendapat petunjuk ilmu tinggi yang jadi syarat gelar nabi. Kemudian ketika Musa berhasil menembus cermin-T dengan membuang rasa-jasadnya sehingga jadi suci dari kekotoran rasa-jasad, tubuhnya dihantam-gencet gaya listriklemah pada pusingan ruang 300.000 km/detik, dan Musa memasuki alam lembut tempat tinggal bangsa malaikat yang mengangkatnya jadi rosul Alloh (pemimpin akal utusan Akal). Sebab cermin-T (hukum pembalikan waktu) telah disepakati bangsa malaikat dan para rosul sebelumnya sebagai perjanjian gunung untuk syarat jabatan rosul (pemimpin akal). Dari alam malaikat itu dia bersama bangsa malaikat dapat menyaksikan panorama alam syurga melalui ufuk alamfana (ufuk peristiwa = event horizon) yang berfungsi sebagai layar televisi (Annajm 15).

Ayat 54. Karena tujuan Musa menembus dimensi-dimensi ruang itu untuk mencari Alloh, dia tidak berhenti di alam malaikat, tetapi terus melanjutkan perjalanannya hingga ke ufuk alamfana yang disebut ufuk peristiwa (event horizon). Ternyata ufuk peristiwa yang dari jauh berbentuk layar televisi itu merupakan dinding tenaga cermin-P (hukum keseimbangan rasa-jasad) yang bersifat menolak jasad wujud, sehingga tidak bisa ditembus. Menurut penglihatan Musa, ufuk peristiwa itu berbentuk lubang kosong yang didalamnya terdapat pelita besar (thermonuklir raksasa) yang berkilau seperti bintang (Annuur 35).
Karena alasan itulah, ketika Musa berkata kepada kaumnya: ‘Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak sapi’; yang dimaksudkan Musa ialah: ‘Sesungguhnya jika kamu berhasil membunuh rasa dengan menganiaya dirimu, maka kamu telah menjadikan anak Hukum Akal sebagai anutanmu’. Dengan menganut anak Hukum Akal itu, berarti kamu bertobat kepada Tuhan (Hukum Akal) yang telah menjadikan jasad kamu dari bahan rasa. Sebab menurut amanat Hukum Akal, pertobatan hanya bisa dilakukan dengan membunuh dirimu (membunuh rasa jasadmu) Artinya, membunuh rasa jasad itu lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu. Maka Alloh (Akal) melalui hukumnya akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dia penerima tobat dan penyayang kepada yang meneladani pengorbanan dirinya dengan membuang rasa jasadnya.

Ayat 55.Dari latarbelakang, gejala-tampak, data ilmu, dan simpulan pemimpin tersebut diperoleh rumusan hukumnya sebagai berikut. Para pengikut Musa sangat memahami celupan Musa dalam Taurot yang menggunakan kata sapi betina bagi Hukum Akal anutannya. Karena itu ketika kamu para pengikut Musa berkata: ‘Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Alloh (Akal) dengan terang’. Maksud mereka ialah: ‘Kami tidak akan beriman kepada sapi betina sebagai celupan dari Hukum Akal anutanmu, sebelum kami menyaksikan bukti kebenaran Akal itu dengan jelas’.
Karena itu Musa pun memberi contoh dengan duduk bersemedi memusatkan diri pada akalnya. Ketika pemusatan diri Musa mencapai batas mati rasa pada pusingan ruang 100.000 km/detik, tubuhnya disambar petir (dihantam-gencet gaya elektromagnet) dan menciut jadi sekecil atom, sehingga hilang dari pandangan para pengikutnya di alam kasar, karena telah masuk ke dimensi alam halus dunia unsur. Sedangkan kamu para pengikut setia Musa yang sedang menyaksikan pemusatan diri rosulnya, dapat menyaksikan lenyapnya tubuh Musa dari hadapan mereka, sehingga mereka percaya dan jadi pengikut Musa yang setia.

Ayat56. Dengan membunuh rasa (nafsu) syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad, berarti dalam pemusatan diri itu jasad kamu benar-benar sudah mati rasa, sehingga ketika dihantam-gencet gaya elektromagnet pada pusingan ruang 100.000 km/detik, kamu tidak merasakan lagi hantamannya. Tetapi hantaman dahsyat itu justru membuat dirimu jadi sadar kembali. Itulah sebabnya Kami anak sapi (perangkat hukum) menyatakan, setelah dihantam-gencet gaya elektromagnet tersebut, Kami bangkitkan (hidupkan) lagi kamu sesudah rasa kamu mati, supaya kamu bersyukur karena tidak jadi mati.

Tanggapan Ma’mun, Soreang, Kab. Bandung, Jawa Barat

Ma’mun: “Tafsir ayat komponen ilmu ini sudah amat jelas. Dengan menunjukkan contoh semedi memusatkan diri pada akalnya sampai hilang dari pandangan mata para pengikutnya, Musa telah memberi bukti bahwa kebenaran akal adalah kebenaran Alloh. Ada dua pertanyaan yang ingin disampaikan.
Pertama. Bagaimana cara memusatkan diri pada akal? Apa harus memusatkan pikiran pada satu titik, misalnya berdo’a agar bisa menghilang?.
Kedua. Berkaitan dengan kepercayaan semua agama bahwa Adam manusia pertama di muka Bumi, sehingga semua manusia Bumi adalah keturunan langsung Adam-Hawa dengan melakukan perkawinan di antara anak-anak kandungnya sendiri. Sedangkan Anda menyatakan, Adam-Hawa bukan manusia pertama tetapi pasangan rosul (pemimpin akal) pertama. Sebab ketika Adam-Hawa turun ke Bumi, di Bumi telah hadir kelompok-kelompok manusia (orang Neanderthal) di setiap benua yang saling tindas-bunuh dalam berebut kekuasan . Pada surat ke MPR-DPR RI Anda menunjukkan bukti dengan perbedaan bermacam bahasa dan warna kulit etnis di setiap benua. Pertanyaan saya, apa ada bukti lain yang lebih kuat selain perbedaan bahasa dan warna kulit?.
Ketiga. Berhubungan dengan kisah pembunuhan pertama di antara putera Adam, yaitu Qobil dan Habil akibat disuruh berkorban (Almaaidah 27-30). Para agamawan menyatakan Qobil mempersembahkan buah-buahan busuk sebagai korbannya, sedangkan Habil mempersembahkan buah-buahan yang bagus. Karena Alloh hanya menerima korban Habil, Qobil meras dengki. Maka dia membunuh Habil. Pertanyaannya, apakah Qobil dan Habil mendengar langsung perkataan Alloh yang menerima korban Habil dan menolak korban Qobil, sehingga timbul kedengkian Qobil? Bukankah Alloh itu tidak berkata-kata dengan manusia seperti dikatakan Asysyuuro 51?.

Jawaban

Sandie: “Pertama. Kalau Anda memusatkan diri pada satu titik, sampai kapanpun tidak akan bisa terpusat, karena titik itu berwujud dan do’a Anda adalah pamrih, sehingga tidak membunuh rasa jasad. Sedangkan akal adalah zathidup tanpa wujud (antirasa-antijasad) atau tidak punya nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad. Karena itu untuk bisa memusatkan diri pada akal, Anda harus membunuh-mengosongkan-membuang seluruh rasa (keinginan) jasad. Artinya, Anda harus melupakan rasa jasad, sehingga jadi kosong dari segala memori-ingatan kepentingan-keinginan rasa (nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad), baru akan terpusat pada akal.
Kedua. Kalau semua manusia Bumi keturunan langsung Adam-Hawa, artinya Adam-Hawa mengembangbiakan manusia melalui perkawinan di antara anak-anak kandungnya, cucu-cicitnya sendiri yang sedarah. Ini bertentangan dengan amanat Alloh pada Annisaa 22-23. Padahal semua rosul merumuskan ajarannya dari amanat-amanat Alloh pada lompatan bundel-bundel (quantum leap) di cermin-P, dan amanat Alloh itu mengharamkan perkawinan di antara sesama saudara. Berita yang menyatakan: ‘kecuali di masa yang telah lampau’ = di masa sebelum rosul tampil, dan Adam-Hawa adalah pasangan rosul pembina moral yang pertama, sehingga mustahil akan mengembangbiakan keturunannya di antara anak-anaknya sendiri
Artinya, sebelum Adam-Hawa turun ke Bumi, di Bumi telah hadir bermacam etnis manusia (orang Neanderthal) di setiap benuanya yang suka berbunuh-bunuhan sebagaimana diamati bangsa malaikat dari Syurga (Baqoroh 30), bahwa manusia di Bumi itu makhluk brutal-biadab tidak bermoral. Para penguasanya mengawini perempuan termasuk anak-anak kandungnya sendiri, dan saudara lelakinya mengawini saudara perempuan kandungnya sendiri. Bahkan ketika anak lelakinya menggantikan ayahnya jadi penguasa, dia mengawini ibu kandungnya (salah satu isteri ayahnya) dan saudara-saudara perempuannya sendiri bekas isteri ayahnya.
Bukti tak terbantah adalah hadirnya berbagai etnis, warna kulit, dan bahasa. Kalau semua manusia Bumi keturunan Adam-Hawa langsung, minimal bahasanya harus sama. Karena Adam-Hawa turun ke Bumi sekitar 50.000 tahun silam, maka kalau semuanya keturunan Adam-Hawa langsung, jumlahnya paling banyak juga di zaman sekarang hanya jutaan orang bukan miliaran.
Bukti paling kuat datang dari data ilmu. Penelitian kedokteran menyatakan, setiap keluarga memiliki DNA keturunan sendiri. Kalau seluruh manusia Bumi keturunan darah Adam-Hawa, maka seluruh manusia Bumi harus memiliki DNA yang sama. Dalam kenyataannya, setiap keluarga dan keturunannya memiliki DNA berlainan. Karena DNA mereka berbeda-beda, berarti bukan satu keturunan sedarah.
Ketiga. Ayat-ayat Qur’an itu bahasa puisi yang kebenarannya bukan pada bunyi tertulis tetapi pada intrinsiknya (unsur-unsur pembangun ayatnya = alasan-alasan ilmunya = asbabun nuzulnya). Dari uraian Almaaidah 27-30 ampak jelas, baik nama maupun korban yang diceritakannya adalah karangan para agamawan sendiri. Sebab pada kelompok ayatnya tidak disebutkan siapa nama kedua putera Adam itu. Artinya nama Qobil dan Habil cenderung bersifat celupan, bukan nama sebenarnya.
Dalam kaitannya dengan Annisaa 22-23, menurut tangkapan saya, Qobil adalah putera kandung Adam-Hawa yang dikawinkan dengan anak perempuan Neanderthal buruk rupa, sedangkan Habil adalah anak orang Neanderthal yang dikawinkan dengan anak perempuan kandung Adam-Hawa, sehingga statusnya sebagai putera menantu Adam-Hawa yang taat terhadap ajaran moral peradaban Adam-Hawa, sehingga menjadi pengikut (anak) beriman yang takwa (mematuhi Hukum Akal).
Adam Hawa mengajar anak-anak kandungnya (lelaki-perempuan) yang dikawinkan kepada anak Neanderthal.agar mengorbankan perasaan diri mereka karena punya pasangan (suami-isteri) buruk rupa namun telah beriman kepada ajaran moral mereka, sehingga jadi pengikut (anak). Tapi Qobil tidak terima, sebab dia mencintai adik kandungnya sendiri yang sangat cantik dan oleh orangtuanya dikawinkan kepada Habil. Itulah alasan dasar Qobil membunuh Habil, dan Habil yang telah beriman tidak melawan ketika Qobil membunuhnya untuk merebut adik kandungnya yang jadi isteri Habil.

Rabu, 19 Januari 2011

albaqoroh 49-50

Albaqoroh 49-50
Tafsir 2e. Komponen Hukum dari Dimensi Pengetahuan

Bismillaahir rohmaanir rohiim = dengan menyebut nama Alloh yang pengasih-penyayang

Ayat 49. Dari latarbelakang (ayat 28-32) diperoleh keterangan. Hasil pengamatan bangsa malaikat melalui kemanunggalan telanjang (naked singularity) ufuk syurga menyatakan. Dari perilaku orang Neanderthal di muka Bumi, nampaknya Tuhan Alloh (Hukum Akal) berencana mengangkat bangsa manusia sebagai pemimpin di alam Fana. Yang mengherankan, para pemimpin itu perilakunya brutal-biadab, tukang merusak dan berbunuhan. Padahal menurut moral malaikat, sesuai dengan watak Pencipta yang pengasih-penyayang, pemimpin harus pengemban amanah bermoral pengasih-penyayang dan suci dari nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi. Kejanggalan perilaku manusia itu telah menimbulkan kepenasaranan mereka, sehingga bangsa malaikat berencana melakukan tantangan ilmu kepada manusia untuk mengetahui alasan yang sebenarnya.
Dari gejala-tampak (ayat 33-37) diperoleh petunjuk. Ketika bangsa malaikat mengutus Jibril menantang manusia (Adam) yang tinggal di alam kasar syurga, Adam membalasnya dengan menembus alam malaikat, sehingga mereka tahu, rencana Tuhan mengangkat manusia sebagai pemimpin karena ketika akalnya digunakan, potensi moral manusia paling tinggi dari seluruh makhluk ciptaan. Ternyata rencana Tuhan (Hukum) itu berlaku tanpa paksaan, tetapi atas pilihan makhluk sendiri. Rencana itu terjadi akibat Adam-Hawa melanggar hukum karena digelincirkan syetan, sehingga mereka diseret dan dilontarkan Hukum Akal turun ke alam Fana. Itu bukti paling kuat bahwa Alloh dan Tuhan Alloh (sesuai dengan sifat aneh gaya nuklirkuat) membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasib dirinya.
Penelitian ilmu (ayat 38-43) memberi data. Rosul Muhammad mengambil contoh perilaku brutal-biadab manusia melalui bangsa Israil yang punya buku petunjuk ilmu dari Rosul Musa. Karena kemampuan otak tingginya, ternyata kebanyakan manusia cenderung menolak kebenaran akal dan memilih dua anutan kebenaran, yaitu kebenaran pragmatis agama penyembah mayat untuk menghapus dosa yang memuaskan perasaan (pamrih) dan kebenaran konsistensi politik untuk mengejar kekuasaan-kekayaan yang memuaskan jasad (ambisi), sehingga di sepanjang zaman petunjuk para rosul dalam Taurot-Zabur-Injil-Qur’an selalu diputar-balik menurut kebenaran ego pemimpin agama-politik hasil rekayasa otak para ahli kitabnya (agamawan-politisi pembuat aturan-uu-hukumnya) dalam Exodus-Tripitaka-Weda-Bibble-Hadits yang dinyatakan sebagai keluaran-penjabaran para rosul dari Taurot-Zabur-Injil-Qur’an (sabda suci Alloh) atas petunjuk Alloh langsung.
Simpulan pemimpin (ayat 44-48) menyatakan. Amanat Alloh mengingatkan manusia bahwa akal tinggi adalah nikmat dirinya, dan nikmat itu dianugerahkan kepada manusia, sehingga Alloh melebihkan manusia atas segala bangsa penghuni alam kasar (hewan), alam halus (jin), dan alam lembut (malaikat-setan). Tetapi karena kebenaran akal tinggi itu ditolak agama-politik, manusia jadi bangsa bodoh-kejam yang licik-munafik-dengki-serakah-jahat. Soalnya, agamawan-politisi (ahli kitab, pembuat aturan-uu-hukum) tidak pernah melakukan penelitian terhadap kebenaran hukum-hukum anutannya, sehingga tidak pernah tahu apa hukum-hukum anutannya itu sesuai dengan hukum yang ditetapkan Alloh atau tidak?.
Dari latarbelakang, gejala-tampak, data ilmu, dan simpulan pemimpin tersebut diperoleh rumusan hukumnya sebagai berikut. Karena menolak akal dan ilmu, daya pikir bangsa Israil merosot ke tingkat keledai dungu. Kamu bangsa Israil jadi bangsa bodoh dan lemah karena tidak punya ilmu, sehingga hidup dalam penindasan Fir’aun rajamu kaum liberal yang menganggap dirinya Tuhan dan memiliki pasukan segelar sepapan. Begitulah keadaan kamu bangsa Israil ketika akhirnya Kami (Hukum) mengutus Musa untuk menyelamatkan kamu dari Raja Fir’aun dan pasukan pengikutnya yang kejam.
Raja Fir’aun dan pasukannya hidup dalam kemewahan hasil dari menguras harta kekayaan kamu rakyatnya yang bodoh dan lemah. Mereka menindas kamu bangsa Israil berkepanjangan. Mereka menimpakan kepada kamu yang berani melawan kekuasaannya dengan siksaan yang seberat-beratnya. Mereka menyembelih semua anak-anakmu yang lelaki untuk menghindari kemungkinan adanya revolusi sebagai balas dendam rakyat. Mereka membiarkan hidup semua anak-anakmu yang perempuan untuk memenuhi kepuasan nafsu syahwatnya. Pada situasi demikian terdapat cobaan yang besar dan berat untuk kamu bangsa Israil dari Tuhanmu, karena kerjamu hanya memohon pertolongan dengan menyembah mayat dan menolak anugerah nikmat akal tinggi dari Penciptamu.

Ayat 50. Musa adalah orang ummi (tidak beragama-berpolitik) penganut kebenaran akal. Dia mempelajari alam mencari ilmu dengan tekun untuk menolong penderitaan kamu bangsa Israil dari penindasan Fir’aun. Dia berhasil menembus cermin-CP (hukum pembalikan ruang) gerbangnya ilmu-ilmu tinggi di alam halus. Dia tampil sebagai nabi (ilmuwan penemu) karena menemukan ilmu membelah laut. Ketika perencanaan penyelamatan kamu bangsa Israil telah matang, Kami mengutus Musa jadi rosul agar membelah laut untuk menyelamatkan kamu dari penindasan Fir’aun. Lalu melalui laut yang belah itu, Kami selamatkan pelarian kamu dari kejaran Fir’aun dan pasukannya. Ketika kamu telah selamat sampai di seberang, Kami menyuruh Musa menghentikan penerapan ilmunya untuk menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya yang sedang mengejar kamu di tengah lautan yang belah itu. Sementara kamu yang telah berada di daratan seberang dapat menyaksikan.sendiri bagaimana laut yang belah itu menutup kembali dan menelan Fir’aun berikut seluruh pasukannya.


Tanggapan Mahmud, Cimenyan, Kab. Bandung.

Mahmud: “Dua ayat komponen hukum di atas sudah amat jelas. Akibat menolak akal, rakyat Israil di masa Dinasti Fir’aun menjadi bangsa keledai dungu yang bebal dan lemah. Mereka ditindas oleh Fir’aun dan pasukannya berkepanjangan, dan baru bisa diselamatkan oleh Rosul Musa penganut kebenaran akal dengan ilmu tinggi yang dimilikinya yaitu ilmu membelah laut. Karena itu dua pertanyaan yang ingin saya sampaikan bukan terhadap dua ayat di atas, tetapi terhadap kerosulan agama Islam, yaitu Rosul Muhammad
Pertama. Dalam Qur’an, perjalanan ke Sidrotil Muntaha hanya melalui isro’, tetapi para agamawan-ulama Islam menambahnya dengan mi’roj. Pertanyaan saya, apa perbedaan isro’ dengan mi’roj?.
Kedua. Soal Annuur ayat 2 dan 4 yang oleh agamawan-ulama Islam ditafsirkan sebagai hukuman dera bagi pezina, yaitu hukum cambuk seperti yang sekarang diterapkan di Aceh. Tetapi Anda menafsirkan Annuur 2-4 itu sebagai proses penciptaan melalui percepatan pusingan terus meningkat hingga terjadi ledakan besar supernova. Apakah hukum penciptaan itu mengamanatkan hukuman dera cambuk?”.


Jawaban untuk Mahmud

Sandie: “Pertama. Dalam Qur’an, isro’ adalah perjalanan menembus langit dalam kecepatan kilat (bark) atau kecepatan cahaya (300.000 km/detik) dari masjid harom (alam akal suci) ke masjid aqsho (alam akal pemimpin) atau alam kecepatan cahaya (dimensi ruang lembut) tempat tinggal bangsa malaikat. Sedangkan para ulama Islam menafsirkan perjalanan ke Sidrotil Muntaha dari cerita hadits melalui dua tahap. Isro’ ditafsirkan sebagai perjalanan dari masjid harom di Mekah ke masjid aqsho di Palestina, dan mi’roj adalah perjalanan naik ke langit ke-7 (sidrotil muntaha). Padahal waktu Nabi Muhammad melakukan isro’ (sebelum hijrah dan jadi pemimpin di Madinah), masjid aqsho di Palestina belum ada, karena masjid tersebut didirikan penganut agama Islam setelah kekholifahan Madinah dirubah jadi kesultanan (kerajaan) oleh penganut agama Islam Mekah penyembah Ka’bah. Artinya, cerita isro’-mi’roj adalah dongeng bohong khayalan ahli kitab agama Islam Yahudi yang dibuat di masa kesultanan (kekuasaan raja) sekitar 300 tahun setelah Rosul Muhammad wafat, bukan di masa kekholifahan Madinah (yang berakhir setelah Ali bin Abu Tholib dibunuh). Itu bukti amat kuat bahwa hadits dibuat bukan di masa kekholifahan Madinah.
Kedua. Para ahli kitab (agamawan-ulama Islam) menafsirkan Annuur dari bunyi tertulis ayat berdasarkan dongeng hadits yang mengimani Qur’an sebagai sabda suci Alloh, sehingga dongeng hukum cambuk bagi pelaku perzinahan itu tidak ada hubungannya samasekali dengan kandungan isi surat Annuur. Karena yang diambilnya arti wantah yang dangkal, agamawan-ulama Islam tidak pernah tahu bahwa yang dimaksud dengan Annuur (cahaya) ialah gaya nuklirkuat (titik p = Hukum Akal) yang menceritakan proses awal kejadian alam rumusan rosulnya sendiri (Rosul Muhammad) 14 abad silam dalam persamaan gelombang nisbi kaaf-Haa-yaa-ain-shood sebagai rumus penciptaan alam semesta.
Dari urutan simetri naik surat Alanbiyaa (para nabi = ilmuwan penemu = alam halus), Alhajj (haji = pemimpin = malaikat = rosul = alam lembut), Almu’minuun (orang-orang beriman = bangsa akal sebagai katalisator = alam ruh), dan Annuur (cahaya = tenaga atau enerji E = gaya nuklirkuat = cermin-CPT), sudah amat jelas, Annuur (Yaa = E) itu menceritakan proses evolusi penciptaan alam semesta oleh titik p di ruang P3, dimulai dengan membangun katalisator (bangsa akal = dera 80 kali = ruang ke-80) di alam ruh dan hukum-hukum ruangnya (4 saksi = cermin C-CP-T-P, Annuur 4), dengan yang kelima (cermin-CPT = Hukum Akal = titik p) sebagai pemutus perkara pada ruang ke-100 (dera 100 kali, Annuur 2, 7) menghasilkan ledakan besar supernova (awal kelahiran alam semesta).
Itu berarti, surat Annuur bukan dimaksudkan untuk hukuman perzinahan seperti yang diberlakukan di Aceh. Sebab ia merupakan proses evolusi penciptaan semesta alam dimulai dari percampuran (perzinahan) tenaga-tambahan (isteri para zathidup = lelaki) yang mengalir dari Sidrotil Muntaha kepada bahan (isteri Alloh = perempuan), menghasilkan pemadatan bahan melalui deraan (percepatan pusingan) terus meningkat. Amanat dari proses itu bukan hukuman dera cambuk tetapi kewajiban puasa (membunuh-mengosongkan-membuang nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad). Dengan demikian jelas sekali, surat Annuur (= cahaya, enerji) bukan untuk arti wantah. Itu dapat dibuktikan oleh hadirnya Sidrotil Muntaha (titik p pada ruang P3 seperti dirumuskan aksioma Hausdorff = Annuur 35) yang jadi pusat alam.
Dengan kata lain, jika surat Annuur dibuka tafsirnya dengan menggunakan sunnah Muhammad (pola qisos disiplin ilmu), maka sejak 14 abad silam umat Islam akan sudah mengetahui lengkap bagaimana alam semesta diciptakan Alloh dari jasadnya sendiri dalam hukum evolusi dari awal hingga terbentuk dimensi-dimensi ruang kasar-halus-lembut (masjid-masjid)(Annuur 36), dan terus berevolusi hingga nasib akhirnya.

Kamis, 13 Januari 2011

albaqoroh 44-48

Oleh : Sandie

Albaqoroh 44-48

Tafsir 2d. Komponen Pemimpin dari Dimensi Pengetahuan
Bismillaahir rohmaanir rohim = Dengan nama Alloh yang pengasih penyayang

Ayat 44. Dari latarbelakang (ayat 28-32), gejala-tampak (ayat 33-37), dan data ilmu (ayat 38-43), diperoleh simpulan pemimpin sebagai berikut. Alloh adalah Akal, Tuhan Alloh adalah Hukum Akal, dan ruh sebagai katalisator penciptaannya bangsa akal yang tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Tetapi mengapa kamu para ahli kitab (agamawan-politisi) menyuruh orang lain (pengikutmu) agar selalu berbuat kebaktian (= ibadat) dengan menzakatkan-menyedekahkan harta-tenaga-ilmu-waktu yang dimilikinya bagi orang lain, sementara kamu sendiri melupakan dirimu karena setiap ceramah-khotbah kerjamu hanya mengumpulkan harta, mengejar kedudukan-kekuasaan, dan menipu rakyat dengan segala cara? Padahal bukankah kamu selalu membaca kitab petunjuk rosul yang menyuruh berbuat kebajikan dalam kebaktian kamu kepada Tuhan? Lalu mengapa kebaktian (= pengabdian) itu kamu robah jadi ritual menyembah mayat? Apa kamu berpikir cukup hanya menggunakan otak yang suka merekayasa kebenaran dan tidak pernah menggunakan moral kasih-sayang akal?.

Ayat 45. Ketahui oleh kamu para ahli kitab (agamawan-politisi). Alloh itu Akal pengasih-penyayang, dan akal kamu yang jadi tali Alloh adalah moral pengasih penyayang, sehingga Tuhan Alloh (Hukum Akal) adalah Hukum Moral kasih-sayang. Karena itu jadikan moral kasih-sayang sebagai landasan sikap sabar hidupmu di lingkungan masyarakat, dan dirikan sholat (tegakkan aturan Hukum Akal) sebagai penolongmu di peradilan hari akibat kelak. Sebab sesungguhnya yang demikian (untuk bermoral pengasih-penyayang dan menegakkan Hukum Akal yang adil) itu pekerjaan amat berat bagi agama-politik pemuas rasa-jasad. Karena hukum rasa-jasad yang kamu anut adalah nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi yang egois-diskriminatif untuk keuntungan diri-kelompokmu yang memuaskan perasaan. Kecuali bagi orang-orang khusu (yang telah meninggalkan kecintaan terhadap fisik-materi), menegakkan hukum akal dan bersabar itu adalah pekerjaan biasa sehingga tidak terasa berat samasekali.

Ayst 46. Orang-orang khusu itu penganut kebenaran akal, karena mereka mengetahui, Alloh adalah Akal tanpa wujud (antirasa-antijasad) sehingga tidak ada yang bisa disembah pada dirinya. Maka mereka meninggalkan kepercayaan agama menyembah mayat (jasad-benda-patung) yang memuaskan perasaan dan meninggalkan ambisi politik pengejar kekuasaan yang memuaskan jasad. Sebab mereka tahu, tanpa wujud Alloh terjadi karena di awal penciptaan Dia telah mengorbankan jasadnya untuk dijadikan bahan makhluk, sehingga mereka juga berusaha meneladani pengorbanan Alloh dengan puasa (membunuh-mengosongkan-membuang kecintaan terhadap kepentingan rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad) seperti petunjuk rosul dari amanat hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T). Mereka menganut kebenaran Akal karena yakin, di hari kiamat akan menghadapi peradilan Hukum Akal yang jadi Tuhannya, dan mereka akan kembali kepadanya.

Ayat 47. Karena alasan itu Muhammad menyampaikan amanat peringatan Alloh. Wahai bangsa Israil penganut kebenaran agama dan politik. Taurot bawaan rosul kamu Musa itu buku petunjuk ilmu. Bukankah ilmu itu hanya bisa dibuka dengan akal? Mengapa kamu justru menganut agama-politik penolak kebenaran akal? Maka Aku mengingatkan kamu akan akal tinggi yang jadi nikmatKu dan telah Aku anugerahkan kepada kamu. Sebab pemilikan akal tinggi itulah Aku telah melebihkan kamu atas segala bangsa, baik penghuni alam kasar (hewan), alam halus (jin), maupun alam lembut (malaikat-setan). Tetapi karena kebenaran akal tinggi itu kamu tolak, maka kamu jadi bangsa lebih biadab dari hewan yang dikenal licik-munafik-dengki-jahat-serakah di mata bangsa-bangsa manusia lainnya.

Ayat 48. Karena menolak kebenaran akal, kamu tidak pernah melakukan penelitian ilmu terhadap kebenaran hukum-hukum anutanmu, sehingga kamu tidak pernah tahu apa hukum-hukum agama-politik anutanmu itu sama dengan hukum Alloh atau tidak? Ketahui olehmu, otak itu media wujud dari akal, dan bukan akal. Buktinya, ketika pada otak kamu timbul pikiran hendak berbuat dusta-salah-buruk-jahat-takadil, akal dalam ruang hatimu selalu memberi peringatan agar mengurungkannya. Tetapi watak rasa yang licik-dengki sering menolak peringatan itu, karena kepentingan jasadmu. Padahal peringatan akal kamu itu sesungguhnya untuk menjaga jasad kamu dari hari peradilan kiamat. Di peradilan itu, tidak seorang pun dapat membela orang lain samasekali (walau sedikit pun). Peradilan itu tidak menerima bantuan do’a dan tebusan apapun dari orang lain atas kesalahan dirinya, dan mereka tidak akan ditolong oleh ritual penyembahan yang setiap hari dilakukannya. Sebab yang diadili dalam peradilan bukan kepatuhan menyembah atau kedudukan-kekayaan, tetapi moral perilaku-perbuatan diri. Hukum bukan makhluk berjasad, tetapi tenaga pengubah ruang sehingga tidak bisa disogok-disuap oleh do’a, harta, atau ritual penyembahan.


Tanggapan Rachmat, Anta Suga, Ma’mun

Rachmat: “Mengomentari tafsir 2b ayat 36-37. Menurut persyaratan Rosul Musa dalam Taurot, penembusan cermin-CP atau perjanjian bukit adalah untuk gelar nabi (ilmuwan penemu). Sedang penembusan cermin-T atau alam lembut tempat tinggal bangsa malaikat adalah perjanjian gunung sebagai syarat untuk jabatan rosul.
Dari uraian Anda tentang penembusan dimensi-dimensi ruang oleh Adam dan Hawa di Syurga menunjukkan, Hawa juga telah menembus cermin-CP dan cermin-T di syurga, sehingga yang jadi rosul bukan hanya Adam tetapi juga Hawa isterinya. Apa pendapat saya ini salah?.

Anta: “Pada tafsir 2b ayat 37 Anda menjelaskan. Untuk bisa turun dari alam syurga ke alam fana hanya ada satu jalan, yaitu melalui lubang putih di ufuk syurga. Saya minta alasan dasarnya”.

Ma’mun: “Pada tafsir 2c ayat 43 Rosul Muhammad mengajak bangsa Israil agar mendirikan sholat (menegakkan hukum) dan menunaikan zakat (melaksanakan tugas hidup pemimpin) sebagai janji fitroh (Alisroo 78 dan Alfatihah 4-5). Karena Alisroo 78 yang oleh para agamawan Islam ditafsirkan dan diimani sebagai waktu-waktu ritual sholat perintah Alloh ternyata janji fitroh, berarti perintah ritual sholat menyembah Rumah Alloh itu tidak ada. Sebab menurut hadits, perintah sholat itu diberikan Alloh waktu isro, dan ditafsirkan ulama dari Alisroo 78. Ada dua pertanyaan yang ingin disampaikan..
Pertama. Apakah ada ayat Qur’an yang menyuruh ritual sholat menyembah Alloh?.
Kedua. Dari mana para ulama Islam mengambil dasar waktu-waktu ritual sholat dan rokaat-rokaatnya yang lima kali sehari-semalam itu? Sebab tanpa ada dasar aturan dari Rosul, tentu waktu-waktu dan jumlah rokaat itu tidak akan ada”.

Jawaban untuk Rachmat

Sandie: “Pendapat Anda benar. Adam-Hawa turun ke Bumi sebagai pasangan rosul pertama. Sebab kalau Hawa tidak berhasil menembus alam malaikat di syurga, dia tidak akan pernah bisa turun ke Bumi. Karena itu sungguh sangat menyesatkan jika para ahli kitab (agamawan) Islam mendoktrin pengikutnya bahwa perempuan diciptakan Alloh dari tulang rusuk lelaki, sehingga kehadirannya sekedar untuk pelengkap hidup lelaki.
Dalam kenyataannya, di kehidupan sehari-hari saja dapat dibuktikan, tidak sedikit kaum perempuan yang jadi pemimpin, sementara kaum lelaki justru jadi bawahan dan jongosnya, bahkan banyak suami yang diberi nafkah oleh isterinya. Ketika tidak diberi duit, suami itu menyiksa isterinya karena punya kekuatan wadag. Lalu di mana letak kelebihan lelaki dari perempuan selain dari kekasaran wataknya yang egois?.
Dalam Qur’an, istilah lelaki dan perempuan memiliki sifat nisbi. Pada jasad wujud bermakna sebenarnya atau satu arti (denotatif, muhkamat), tetapi dalam fungsi dan perilaku bermakna konotatif (mutasyabihat, arti tersembunyi). Sebab menurut Tuhan Alloh, berdasarkan proses evolusi penciptaan, istilah lelaki adalah untuk penganut kebenaran akal meski ujudnya perempuan, sedangkan istilah perempuan adalah untuk penganut kebenaran rasa-jasad meski ujudnya lelaki.

Jawaban untuk Anta Suga

Sandie: “Aksioma kedua ruang Hausdorff menyatakan. Jika P1 dan P2 merupakan tetangga dari titik p yang sama, maka ada tetangga P3 yang di isi oleh P1 dan P2. Aksioma ini menggambarkan ruang semesta, yaitu P1 alam Fana, P2 alam Syurga, dan P3 alam ruh yang dipusatnya terdapat titik p (cermin-CPT = Hukum Akal = Sidrotil Muntaha) atau mesin kerja alam.



Gambaran aksioma ruang Hausdorff di atas memberi petunjuk tegas. Tidak mungkin alam jadi sendiri, tetapi harus diciptakan dengan sadar oleh perencanaan akal matemtis. Artinya, gambaran aksioma ini memustahilkan alam jadi sendiri atau diciptakan dengan kesaktian sihir sim salabim. Sebab pasangan ruang itu merupakan hasil proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari bahan hingga jadi, dan akan terus berevolusi hingga ke akibat, sehingga alam pasti diciptakan oleh Akal dengan ilmu. Dalam menciptakan segala sesuatu, ilmu memerlukan bahan. Karena penelitian ilmu hingga sekarang tidak menemukan Pencipta meski percobaan nuklir sudah sampai pada alam ruh melalui mesin pemercepat zarah (particle accelerator), berarti sekarang Pencipta itu tanpa wujud (antirasa-antijasad). Karena alasan itu, dari hasil penjejakan mundur saya menjelaskan penciptaan sebagai berikut.
Sebelum penciptaan, Pencipta hadir berjasad sendirian tanpa ditemani apapun dan siapapun. Dia berencana menciptakan makhluk sebagai pasangan hidupnya. Untuk itu diperlukan bahan. Karena tidak ada bahan, maka Pencipta membuang-mengorbankan jasadnya untuk dijadikan bahan. Setelah jasadnya dibuang, Dia lenyap tanpa wujud di titik p. Di tempat lenyapnya muncul thermonuklir raksasa yang melangsungkan pembelahan inti berantai sinambung, dan mengalirkan zathidup kepada bahan (Annuur 35).
Ketika para zathidup menumbuk bahan, bahan (rasa) pun menjadi hidup (bergerak dalam pusingan jenuh). Lalu tenaga-aliran (tenaga-tambahan) bawaan para zathidup mencampuri (menzinahi) bahan pusingan jenuh, seperti disyaratkan keluaran Wolfgang Pauli. Maka terjadilah perzinahan (percampuran) tenaga-tambahan (isteri para zathidup = lelaki) dengan bahan (isteri Alloh = perempuan). Percampuran tenaga-tambahan dan bahan melangsungkan proses pemadatan bahan melalui percepatan pusingan terus meningkat hingga ruang ke 100 (Annuur 2). Lalu terjadi ledakan besar supernova (supernova big bang), bukan ledakan besar (big bang) biasa seperti rumusan Allan Guth.
Melalui ledakan besar supernova, bagian kulit bahan menghambur ke atas dan berproses cepat membangun 3-dimensi alam syurga (P2, alif-laam-shood). Bagian hati bahan mengerut runtuh drastis dan lenyap dalam sekejap menjadi lubang hitam, karena menumbuk titik p di pusat alam dan dilontarkan ke ujud tampak, lalu berproses lambat membangun 3-dimensi alam fana (P1, alif-laam-roo). Sedangkan ruang yang ditinggalkan kulit dan hati bahan membangun 1-ruang bayangan cermin (alam ruh) dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa (P3, alif-laam-miim).
Dari uraian itu jelas sekali, alam ruh atau ruang P3 yang dipusatnya terdapat titik p tidak lain dari bagian ruang P1 dan P2, dan ufuknya atau ufuk peristiwa (event horizon = cermin-P) yang berpusing 2 mc2, baik di alam syurga maupun di alam fana berlaku sebagai layar televisi (Albaqoroh 30 dan Annajm 15) sebagaimana dirumuskan teori sensor langit Roger Penrose, dan dibuktikan bangsa malaikat serta para rosul dari dua alam itu. Tetapi bila didatangi hingga dekat, cermin-P di ufuk Fana berlaku sebagai layar komputer mahacanggih, dibuktikan Rosul Ibrohim dalam percobaan meneliti hukum evolusi dengan menumbukkan DNA burung (Albaqoroh 259-260), oleh Rosul Musa dengan menumbuk cermin-P yang menampilkan 12 hologram zathidup (mata air) bersuku-suku, oleh Rosul Maryam melalui percobaan menciptakan anaknya almasih Isa dengan menumbukkan DNA dirinya pada hologram quark-tampan di cermin-P (Maryam 16-22). Lalu oleh Muhammad dirumuskan sebagai pola qisos hukum penciptaan (Alfatihah 1-7) dan diambil jadi sunnahnya (sunnah Muhammad), yaitu 7 ayat yang dibaca (dijabarkan) berulang-ulang untuk menyusun ayat-ayat Qur’an (Alhijr 87) sebagai rumusan ilmu seluruh nabi (penutup nabi-nabi), baik para nabi yang tampil sebelum dirinya maupun sesudahnya.

Jawaban untuk Ma’mun

Sandie: “Pertama. Dalam Qur’an tidak ada penjelasan sholat = menyembah Alloh apalagi menyembah Rumah Alloh termasuk rokaat-rokaatnya. Kalau Anda membaca ayatnya dan bukan hanya terjemahannya, sejak Alfatihah 4 kata menyembah diterjemahkan ulama dari na’budu. Akibat kesalahan mengartikan na’budu ini, semua agamawan yang akan melakukan ritual sholat menyatakan akan beribadat. Padahal arti na’budu (ibadat) bukan menyembah seperti ditafsirkan agamawan-ulama Islam, tetapi mengabdi. Mengabdi bukan menyembah meminta segala yang diinginkan untuk kepentingan diri sendiri (pamrih), tetapi berbuat (melaksanakan tugas hidup seperti diamanatkan bangsa akal: hanya akan mengabdi kepada Hukum dan minta tolong hanya kepada Akal) dengan menafkahkan harta-tenaga-ilmu-waktu yang dimiliki untuk menolong atau untuk kepentingan orang lain.
Kalau Anda membuka cerita isro’-mi’roj dalam hadits, maka akan tampak jelas bahwa, yang menetapkan ritual sholat menyembah ka’bah untuk agama Islam itu orang Yahudi. Ini diketahui dari pesan Nabi Musa (yang sudah mati) dalam hadits di langit ke-6 ketika Nabi Muhammad hendak pergi ke Sidrotil Muntaha di langit ke-7 untuk bertemu dengan Alloh. Pesan Nabi Musa menyatakan, jika Alloh memberi perintah harus diberitahukan kepadanya untuk dipertimbangkan. Ketika Nabi Muhammad mendapat perintah 50 kali ritual sholat dari Alloh, Nabi Musa menyarankan agar rekes minta dikurangi. Tawar-menawar perintah menyembah itu terjadi sampai Nabi Muhammad harus bolak-balik 9 kali dari tempat Nabi Musa ke Sidrotil Muntaha. Setiap kali rekes dikurangi 5 ritual, sehingga akhirnya tinggal 5 kali ritual menyembah dalam sehari-semalam.
Cerita ini menunjukkan penghinaan orang Yahudi (yang rosulnya Musa) kepada rosul orang Arab (Muhammad) sebagai rosul yang amat bebal, sehingga untuk menerima kewajiban menyembah saja harus atas saran-pertimbangan dari nabi orang Yahudi yang pintar seperti disebutkan pada Albaqoroh ayat 47. Padahal ayat 47 itu disitir Rosul Muhammad dari Taurot sebagai anjuran Rosul Musa kepada bangsa Israil dengan mengganti istilah sapi betina (hukum) jadi sholat, dan dimasukkan dalam Qur’an untuk menggambarkan perilaku bangsa Israil di masa kerosulan Musa sebagai pembangkang petunjuk rosulnya sendiri. Karena mereka tidak mau menyembelih (membunuh) sapi betina tua dan sapi betina muda (hukum agama dan hukum politik), sebab Tuhan Alloh atau Hukum Akal adalah sapi betina pertengahan (netral), dan mereka menolak melaksanakan zakat (tugas hidup pemimpin yang amanah).
Kedua. Sesungguhnya Rosul Muhammad merumuskan aturan sholat siang (hukum lelaki), sholat malam (hukum perempuan), dan sholat pertengahan (hukum netral) dari quantum leap (lompatan bundel-bundel) di cermin-P. Dasarnya diambil dari 12 mata air bersuku-suku (Albaqoroh 60), diuraikan pada aturan kawin-cerai-waris sebagai persamaan gelombang nisbi untuk aturan persatuan-perpecahan-regenerasi. Diterapkan pertama kali pada pembagian harta rampasan perang di medan Badar dan medan Uhud (Ali Imron 161, penjabarannya pada Ali Imron 172).
Sholat siang (dzuhur-asar) adalah aturan hukum lelaki (penganut kebenaran akal), yaitu 8/12. Sholat malam (isya) adalah aturan hukum perempuan (penganut hukum rasa jasad agama-politik), yaitu 4/12. Bila diterapkan dalam rumahtangga ketika terjadi perceraian, lelaki adalah pencari nafkah pengatur urusan sebagai kepala keluarga mendapat 8/12 atau 2/3 bagian harta tanpa melihat jenis kelamin. Perempuan adalah penerima nafkah dan jadi pengurus keluarga mendapat 4/12 atau 1/3 bagian harta tanpa melihat jenis kelamin. Aturan ini tercantum pada Annisaa 11-12.
Bila suami-isteri sama-sama bekerja, yang diberlakukan adalah aturan sholat pertengahan (maghrib-subuh, bukan asar seperti tafsir ulama). Sebab sholat pertengahan (sholat whusta) adalah hukum pembalikan waktu siang ke malam dan malam ke siang. Aturannya diambil dari 2/5 tenaga-tambahan (subuh 2) dan 3/5 bahan (maghrib 3). Bila suami-isteri bercerai, maka yang penghasilannya lebih besar 20 % ke atas, mendapat 3/5 bagian tanpa melihat jenis kelamin. Tetapi bila kelebihan penghasilannya kurang dari 20 % atau sama besar, maka pembagiannya gono-gini. Itulah aturan sholat yang memunculkan rokaat-rokaat. Artinya, aturan sholat itu bukan untuk ritual menyembah (sebagai taklukan), tetapi untuk aturan hukum pemimpin (sebagai pengatur urusan) dalam membagi tugas, harta, dan warisan harta-kerja kepada yang dipimpinnya.
Bagi anggota keluarga yang menerima warisan, tidak ada perbedaan lelaki-perempuan. Sebab mereka bukan yang menafkahi-mengurus keluarga, tetapi yang diatur-diurus, sehingga warisan untuk anak lelaki dan perempuan sama besar.
Bila salah satu pasangan meninggal atau gugur dalam perang, maka sebelum dibagikan kepada pewaris, 2/5 dari bagian harta yang meninggal (1/3 atau 2/3) harus disisihkan untuk membayar hutang yang meninggal jika punya hutang, untuk karib-kerabat, dan untuk pakir-miskin masing-masing 1/3 dari 2/5. Sebab yang 2/5 bagian itu adalah milik akalnya (tenaga-tambahan), bukan milik jasadnya (bahan). Jika yang meninggal tidak punya hutang, maka yang 1/3 dari 2/5 harus diberikan kepada dana perjuangan atau pendidikan masyarakat, karena akal tidak membutuhkan harta-benda

Selasa, 11 Januari 2011

albaqoroh 38-43

Oleh : Sandie

Albaqoroh 38-43

Tafsir 2c. Komponen Ilmu dari Dimensi Pengetahuan
Bismillaahir rohmaanir rohiim = Dengan nama Alloh yang pengasih penyayang.

Ayat 38. Ufuk Syurga yang jadi lubang putih itu adalah alam ruh sebagai batas dari lingkaran Rumah Alloh (Hukum Akal = Sidrotil Muntaha) dan berifat menyeret segala yang memasukinya. Ternyata lubang putih itu berlaku seperti pintu bendungan air. Ketika pintu bendungan terbuka (karena didobrak tubuh Adam-Hawa), dia menarik semua air yang terhimpun dimukanya. Ketika lubang putih menyeret Adam dan Hawa, dia juga menyeret dengan kasar semua yang hadir di alam lembut syurga. Saat itulah Kami hukum ruang menyampaikan berita bencana: ‘Turun kamu semua bangsa setan dan bangsa malaikat dari syurga tempat tinggal kalian itu, dan Kami lontarkan kalian semua ke lubang hitam, karena lingkaran pohon teratai telah kalian langgar! Kemudian jika datang petunjuk rosul kepada kalian, siapa saja yang mengikuti petunjuknya, niscaya tidak perlu ada kekhawatiran atas nasibnya di hari akibat. Mereka tidak perlu bersedih hati menjalani hidupnya di alam pengembaraan (lubang hitam) yang berat penuh bencana’.

Ayat 39. Adapun orang-orang kafir (membangkang) terhadap petunjuk rosul (pemimpin akal utusan Akal) dan mendustakan aturan-aturan kami (perangkat hukum akal), pada hari kiamat mereka akan diseret pembalikan ruangwaktu dan nasib dirinya akan dilontarkan Tuhan ke jalur Malik jadi penghuni neraka (alam siksaan) hasil evolusi alam Fana. Mereka yang dilontarkan Hukum ke neraka pada akhir kiamat itu, akan tinggal kekal di dalamnya.

Ayat 40. Karena alasan itu wahai bangsa Israil pemegang Taurot petunjuk Musa! Taurot adalah buku petunjuk ilmu lengkap yang pertama susunan rosul kamu, dan petunjuk ilmu itu hanya bisa dibuka dengan akal yang tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal dan tidak adil. Maka kalian harus ingat akan kebenaran akal tinggi yang jadi nikmatku. Akal tinggi itu telah Aku anugerahkan kepada kalian agar dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena itu penuhi janji kalian di alam fitroh kepadaku (Alfatihah 5, Alisroo 78), niscaya Aku juga akan memenuhi janjiku kepada kalian, sehingga kalian akan jadi bangsa beradab yang disegani bangsa lain. Untuk itu, hanya kepada Aku (Hukum Akal) kalian harus takut.

Ayat 41. Setelah menurunkan wahyu Taurot sebagai petunjuk ilmu kepada Musa, Aku (Akal) menurunkan wahyu Zabur sebagai petunjuk ilmu-teknologi kepada Daud. Lalu Kuturunkan wahyu Injil sebagai petunjuk ilmu-teknologi-hukum penciptaan kepada Maryam. Terakhir kuturunkan wahyu Qur’an berupa buku petunjuk kosmologi penciptaan (ilmu asal kejadian segala sesuatu) kepada Muhammad sebagai buku bayangan cermin dari Taurot-Zabur-Injil. Maka berimanlah kalian kepada Qur’an yang telah kuturunkan kepada Muhammad. Sebab Qur’an itu buku sempurna petunjuk moral ilmu-teknologi-hukum yang membenarkan petunjuk Taurot-Zabur-Injil yang ada pada kalian, tetapi telah disembunyikan dengan sengaja oleh para pemimpin agama-politik kalian sendiri, karena mereka ingin merebut legitimasi Alloh atas manusia.
Karena itu, kalian jangan jadi orang pertama yang kafir kepada petunjuk Qur’an. Sebab Qur’an itu berisi rumusan moral ilmu-teknologi-hukum temuan seluruh nabi (penutup nabi-nabi). Maka kalian jangan menukar kebenaran amanat-amanatku (ayat-ayatku) dengan dongeng sihir hadits yang berharga rendah. Sebab Aku (Akal) tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan dongeng sihir exodus-bibble-hadits yang diskriminatif dan tidak masuk akal. Maka hanya kepada Hukum Akal kalian harus takwa (patuh).

Ayat 42. Dari latarbelakang, gejala-tampak, data ilmu, dan simpulan pemimpin, diperoleh rumusan hukumnya sebagai berikut. Qur’an susunan Muhammad adalah buku petunjuk kosmologi, yang didalamnya berisi petunjuk ajaran semua rosul dalam Taurot-Zabur-Injil. Qur’an bukan kitab suci sabda Alloh yang oleh para agamawan Islam tidak boleh diakalkan, karena isinya adalah moral ilmu-teknologi-hukum rumusan Muhammad dari temuan seluruh nabi (penutup nabi-nabi). Karena itu kamu jangan membaurkan moral Qur’an yang hak dengan dongeng jangjawokan sihir hadits yang batil. Kalian para agamawan-politisi Islam jangan menyembunyikan ajaran Qur’an yang hak itu dengan ajaran sihir hadits, padahal kalian sendiri tahu Muhammad berulangkali menyuruh para sahabatnya agar menghapus hadits dan melarang menuliskan-mengumpulkan-menganut hadits dengan ancaman neraka (pengantar Qur’an Depag RI halaman 114)..

Ayat 43. Karena itu wahai bangsa Israil penganut kebenaran politik, dirikan sholat (tegakkan aturan hukum akal) yang adil tanpa diskriminatif, tunaikan zakat (laksanakan tugas hidup kalian) untuk menyelamatkan-mencerdaskan-memajukan-memakmurkan hidup masyarakat tanpa pamrih-ambisi, dan ruku (tunduk) bersama orang-orang (kaum moralis dan para ilmuwan) yang tunduk kepada Hukum Akal yang ditetapkan Alloh.

Tanggapan Mahmud, Hilman, Ma’mun, Anta Suga, Rachmat

Mahmud: “Pada ayat 33 Anda menafsirkan penyebutan nama-nama benda merupakan pertandingan ilmu yang membuat malaikat merasa kalah. Saya minta Anda menjelaskan contoh ilmunya.
Hilman: “Pada ayat 33 dan 34 Anda menyatakan Adam menjelaskan cara penembusan dimensi-dimensi ruang yang oleh bangsa malaikat dinilai sebagai pekerjaan amat sulit. Bisakah Anda menjelaskan alasannya?
Rachmat: “Pada ayat 4l Anda mengatakan wahyu Injil sebagai petunjuk ilmu-teknologi-hukum penciptaan diturunkan kepada Maryam, padahal semua agama menyatakan Injil itu diturunkan kepada Almasih Isa. Bagaimana Anda menjelaskan alasannya?.
Anta Suga: Pada ayat 41 Anda juga menyatakan bahwa penutup nabi-nabi adalah perumus moral ilmu-teknologi-hukum seluruh nabi. Sedangkan semua agamawan Islam meyakini penutup nabi-nabi artinya nabi terakhir, sehingga Rosul Muhammad dinyatakan nabi terakhir. Karena itu aliran Ahmadiyah yang menganut ajaran Nabi Gulam Ahmad orang Pakistan dinyatakan sebagai aliran sesat. Tolong berikan alasan penguatnya?.
Ma’mun: Perintah mendirikan sholat dan menunaikan zakat mulai muncul pada ayat 43. Kebanyakan agamawan Islam meyakini arti mendirikan sholat adalah perintah Alloh untuk melakukan ritual menyembah Rumah Alloh (Ka’bah). Sedangkan tunaikan zakat adalah kewajiban penganut agama Islam membayarkan 2,5 % hartanya tiap tahun, dan zakat fitrah adalah membayar 2,5 kg beras sehabis puasa Romadhon. Sementara tafsir Anda mendirikan sholat adalah menegakkan hukum, dan menunaikan zakat adalah melaksanakan tugas hidup. Saya minta Anda menerangkan alasannya dengan jelas.

Jawaban untuk Mahmud

Sandie : “Contoh sederhana adalah tentang perputaran benda-benda langit pada orbitnya dan berpusing pada porosnya. Bulan (satelit) mengitari Bumi (planet), Bumi dan planet-planet lainnya termasuk komet-asteroid mengitari Matahari (bintang).
Satelit mengitari planet karena perbedaan besar massa. Massa Bulan 1/6 kali massa Bumi, sehingga Bulan harus tunduk pada kekuatan gravitasi Bumi yang lebih besar. Agar tidak tertarik jatuh ke Bumi, Bulan bergerak mengitari Bumi. Hasilnya, menurut penglihatan dari Bumi, Bulan selalu berubah-ubah bentuk dari sabit ke sebelah ke purnama, kembali ke sebelah ke sabit lagi.
Perubahan bentuk Bulan itu terjadi, karena Bulan tidak punya sumber cahaya sendiri. Cahaya Bulan adalah pantulan dari sinar Matahari. Demikian pula, semua planet-satelit-asteroid-komet mengitari Matahari, karena gravitasi Matahari sangat besar. Matahari dikatakan bersinar, karena sinar itu datang dari tungku nulkir di dalam hati bintang sendiri. Itulah kira-kira nama-nama benda langit dengan salah satu di antara alasan ilmunya yang diceritakan Adam kepada bangsa malaikat”.

Jawaban untuk Hilman

Sandie: “Ketika malaikat Jibril melakukan penembusan dimensi-dimensi ruang dari alam lembut ke alam kasar, dia melakukannya dengan kekuatan wadag, mengerem kecepatan gerakannya pada setiap peralihan dimensi ruang. Sama seperti orang yang tinggal di alam lari cepat, dia harus mengerem kecepatan gerakannya hingga lari lambat, lalu berjalan, dan kemudian berhenti di Bumi (Annajm 7-10). Jibril tidak bisa tinggal lama di Bumi, karena dia harus mengerahkan kekuatannya bertahan dari gerakan alaminya yang secepat cahaya. Jika terlalu lama, dia akan meledak dan kembali ke alamnya sendiri. Karena itu dongeng hadits yang menceritakan para malaikat sering muncul-melata di muka Bumi dan berurusan dengan manusia adalah dongeng bohong besar. Artinya, tidak ada malaikat yang mampu muncul di Bumi selain Jibril yang sangat kuat dan cerdas. Kemunculannya di Bumi juga tidak bisa bertahan lama.
Untuk menembus dimensi ruang lembut (alam malaikat), Adam = orang lumpuh. Dia harus melewati 3-cermin (3 tingkat kemampuan). Pertama cermin-C (hukum penolak muatan = penolak jasad kasar) yang hanya bisa ditembus dengan membunuh rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad. Kedua cermin-CP (hukum pembalikan ruang) yang hanya bisa ditembus dengan mengosongkan rasa-jasad. Ketiga cermin-T (hukum pembalikan waktu) yang hanya bisa ditembus dengan membuang rasa-jasad. Itu berarti, hukum-hukum ruang mengandung amanat-amanat Alloh yang menyuruh manusia berpuasa (membunuh-mengosongkan-membuang rasa/nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad) yang teramat sulit dilakukan makhluk berjasad karena jasad manusia hanya bisa hidup dengan makan-minum. Amanat-amanat inilah yang ditetapkan semua rosul sebagai kewajiban puasa rasa-jasad. Itu penembusan dimensi-dimensi ruang yang diceritakan Adam kepada bangsa malaikat.
Cara penembusan dimensi-dimensi itu perbandingannya seperti orang berkaki lumpuh yang harus bisa berjalan, lalu berlari, kemudian berlari cepat yang nilainya tiga kali lipat dari yang dilakukan Jibril.

Jawaban untuk Rachmat

Sandie: Maryam itu anak gadis piatu yang dipelihara Zakariya pamannya dengan terpaksa karena kalah dalam pertandingan memanah dari saudara-saudaranya. Pertandingan memanah adalah syarat untuk memelihara Maryam. Berkat didikan ibunya yang menganut kebenaran akal, dalam pingitan Zakariya di kamar terasing (mihrob), Maryam banyak melakukan semedi memusatkan diri pada akalnya, sehingga berhasil menembus dimensi-dimensi ruang halus-lembut. Hasil penelitian akalnya terhadap dimensi-dimensi ruang (makanan akal) itu adalah rizki akal (ilmu dan hukum-hukum ruang) yang ditemukannya. Setiap ilmu dan hukum yang ditemukannya dicatat Maryam sebagai rizki dari Alloh (Akal). Catatan Maryam itulah yang jadi cikal bakal Injil, yang selalu dilihat Zakariya setiap dia menengok Maryam di mihrobnya (Ali Imron 37).
Keberhasilan Maryam menembus dimensi-dimensi ruang hingga ke ufuknya untuk melakukan percobaan ilmu membuat Almasih Isa, dikemukakan Rosul Muhammad pada Ali Imron 42 dengan penjelasan berikut: Dan ini peringatan Akal kepada manusia (agamawan) yang merendahkan perempuan ketika hukum (malaikat) memutuskan: ‘Hai Maryam, sesungguhnya ketika kamu berhasil mengosongkan jasad dan memasuki cermin-CP, Alloh telah memilih kamu menjadi nabi. Ketika kamu berhasil menembus cermin-T dengan membuang rasa-jasad, Alloh telah menyucikan diri kamu dan mengangkat kamu jadi rosul. Ketika kamu melakukan percobaan ilmu menciptakan Almasih Isa di cermin-P, Alloh melebihkan kamu atas segala pria dan wanita di dunia’.
Catatan Injil itulah yang selalu dibaca Zakariya setiap kali dia menengok Maryam di mihrobnya, membuat dia amat terkejut dan terpesona. Karena itu dia berdo’a kepada Tuhan agar diberi anak keturunan sendiri yang akan dididik sebagai penganut kebenaran akal seperti Maryam (ayat 38).

Jawaban untuk Anta Suga

Sandie: “Dari uraian-uraian terdahulu dapat diketahui jelas. Untuk jadi nabi, orang harus menembus cermin-CP (hukum pembalikan ruang) yang oleh Rosul Musa disebut perjanjian bukit sebagai persyaratan gelar nabi (ilmuwn penemu). Kepastian bahwa nabi adalah ilmuwan penemu disebutkan dalam Maryam 30 yang menyatakan Isa adalah seorang nabi sejak lahir karena menemukan bahasa Ibunya sehingga bisa berbicara sejak lahir:
‘Dia (Isa) berkata: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Alloh. Dia (Ibuku Maryam) memberiku kitab Injil (ilmu-teknologi-hukum), dan dia (Ibuku Maryam) menjadikan aku seorang nabi dengan melakukan rekayasa genetika pada hati dan otakku, membuat aku menemukan bahasa Ibuku, sehingga aku dapat bicara sejak lahir’.
Untuk menjadi rosul, Rosul Musa mensyaratkan perjanjian gunung, yaitu menembus cermin-T (hukum pembalikan waktu) yang teramat sulit, jauh lebih sulit dari syarat gelar nabi. Albaqoroh 59 memberitahu bahwa tidak sedikit dari nabi yang gagal bahkan mati ketika berusaha menembus cermin-T karena tidak tahu caranya. Artinya, seorang nabi belum tentu rosul, tetapi rosul pasti seorang nabi, sehingga kata penutup nabi-nabi yang diartikan nabi terakhir sangat tidak tepat dan tidak masuk akal, mengingat hingga sekarang ilmuwan penemu (nabi) itu terus bermunculan. Dengan kata lain, lebih rasional jika dinyatakan sebagai rosul penutup, meski masih bisa disangkal dengan ayat yang menyatakan, rosul itu turun di setiap bangsa untuk memberi peringatan kepada bangsanya dengan bahasa yang dimengerti oleh bangsanya masing-masing.
Selain itu, alasan agamawan-ulama Islam yang menyatakan Muhammad nabi terakhir bertentangan dengan Ali Imron 146 yang menceritakan perang Uhud di masa Rosul Muhammad ketika masih hidup: ‘Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama mereka sejumlah besar pengikutnya (pengikut Muhammad) yang takwa...’. Ayat ini secara langsung menyatakan, di masa hidup Rosul Muhammad sendiri sudah banyak pengikutnya yang jadi nabi, sehingga Rosul Muhammad bukan nabi terakhir.
Karena itu tuduhan MUI terhadap Ahmadiyah sebagai aliran sesat karena menganut Nabi Gulam Ahmad adalah rekayasa politik bangsa Arab yang menolak nabi dari bangsa lain, takut penganut agama Arab kehilangan atau berkurang penganutnya.

Jawaban untuk Ma’mun

Sandi: “Agamawan Islam itu telah menyempitkan bahkan mendangkalkan arti falsafah peradabannya (Rukun Islam) sendiri. Padahal mereka sendiri menyatakan, Islam adalah rohmatan lil alamin (rahmat atau berkah bagi seluruh alam), bukan hanya untuk sekelompok manusia penghuni Bumi sebagai satu butir debunya alamfana. Sebab selain manusia, Islam itu jadi anutan bangsa Jin yang tinggal di alam halus dan bangsa malaikat yang tinggal di alam lembut dalam kecepatan cahaya (sehingga seluruh alamfana yang bergerak dalam kecepatan cahaya dihuni oleh bangsa malaikat).
Para ahli kitab (agamawan-politisi) Islam menyatakan. Rukun Islam itu adalah perintah Alloh, yaitu:
1). Syahadat adalah pengakuan diri beriman kepada Alloh dan kepada Rosul Muhammad sebagai utusan Alloh.
2). Sholat adalah perintah Alloh untuk menyembah dirinya, lima kali sehari yaitu dzuhur, asar, maghrib, isya, dan subuh. Ditafsirkan dari Alisroo 78, padahal ayat ini rumusan Rosul Muhammad sebagai janji fitroh (bacaan subuh) bangsa akal dan bangsa rasa (Alfatihah 4-5).
3). Zakat adalah kewajiban mengeluarkan harta 2,5 % setahun untuk tabungan hidup di syurga, dan zakat fitrah adalah kewajiban mengeluarkan 2,5 kg beras/makanan yang dimakan pada akhir puasa romadhon untuk menyucikan diri.
4). Puasa wajib bulan romadhon sebulan penuh untuk menyucikan dosa setahun.
5). Haji-umroh adalah upacara undangan Alloh untuk menghapus seluruh dosa, dan yang telah melakukan upacara keadaan dirinya tanpa dosa seperti bayi baru lahir.
Sebuah ajaran yang benar-benar sangat memuaskan perasaan. Bahkan kemudian ada tambahan, orang yang sudah mati dapat dihajikan dengan membayar sejumlah uang agar dosanya hapus. Sekarang silahkan bandingkan dengan Rukun Islam rumusan Rosul Muhammad dari lompatan bundel-bundel di cermin-P: belakang-ke-depan (syahadat membangun sholat), sisi-ke-sisi (zakat membangun puasa), dan naik-ke-turun (haji membangun umroh). Berikut uraiannya.
1. Syahadat (bundel belakang) adalah moral kasih-sayang, sebagai janji pengabdian manusia akan meneladani moral pengasih-penyayang Akal (Alloh) yang menciptakan alam semesta.
2. Sholat (bundel depan) adalah Hukum Moral atau Hukum Akal yang mengatur-mengendalikan alam semesta, sebagai janji pengabdian manusia akan menganutnya dan menegakkannya dalam kehidupan bermasyarakat di mana pun dia berada.
3. Zakat (bundel sisi) adalah tugas bangsa akal yang jadi katalisator penciptaan, sebagai janji pengabdian manusia akan melaksanakan tugas hidup menyelamatkan-mencerdaskan-memajukan-memakmurkan hidup masyarakat dengan harta-tenaga-ilmu-waktu yang dimilikinya tanpa pamrih-ambisi.
4. Puasa (bundel sisi) adalah kewajiban bangsa rasa, sebagai janji manusia akan membunuh-mengosongkan-membuang rasa (nafsu) syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad.
5. Haji (bundel naik) adalah kewajiban pemimpin yang diangkat rakyat, sebagai janji pemimpin akan menganut Hukum Akal (wukuf berfikir di Arofah), mencari berbagai ilmu andal di alam halus dunia unsur (memunguti batu-batu tengah malam di Muzdalifah), untuk bekal tugas menumpas segala kejahatan setan (melempari jumroh dengan batu-batu itu di bukit Aqobah Mina). Umroh (bundel turun) adalah sumpah tugas pemimpin, sebagai janji akan tunduk-patuh kepada Hukum Akal (tawaf mengitari Ka’bah), akan menyelamatkan-mencerdaskan-memajukan-memakmurkan hidup rakyat dengan harta-tenaga-ilmu-waktu yang dimilikinya (sa’i, lari bolak-balik antara bukit Shofa dan Marwa) tanpa ambisi (mencukur rambut kepala hingga gundul = membuang ego pemimpin), dan akan menumpas segala kejahatan setan (melempari jumroh di bukit Aqobah Mina) tanpa pamrih (menyembelih hewan qurban = membunuh kecintaan terhadap fisik-materi).
Haji-umroh simpulan dari syahadat-sholat-zakat-puasa. Haji-umroh adalah upacara simbolik dari janji-sumpah jabatan pemimpin sebagai penjabaran dari Almu’minuun 8. Artinya, Rukun Islam dirumuskan Rosul Muhammad dari amanat-amanat Alloh dan janji fitroh manusia sebagai pemimpin. Siapa yang menganut Rukun Islam tidak sesuai dengan yang dirumuskan Rosul Muhammad di atas, berarti mendustai ajaran Rosul, dan ancamannya adalah Neraka. Karena setelah mengimani amanat dan janji itu, jika tidak dilaksanakan dalam perjalanan hidupnya, berarti dia terus menumpuk dosa amanat dan janji diri hingga kematian jasadnya. Apalagi para agamawannya yang melalui ceramahnya telah mengubah pengabdian rumusan Rosul itu jadi ritual penyembahan menghapus dosa.

Selasa, 28 Desember 2010

tafsir albaqoroh 33-37

Oleh : Sandie CS67

Al-Baqoroh 33-37

Tafsir 2b. Komponen Pengetahuan dari Dimensi Pengetahuan
Bismillhiir rohmaanir rohiim = Dengan nama Alloh yang pengasih-penyayang

Ayat 33. Berdasarkan kesepakatan bersama, bangsa malaikat mengutus Jibril yang memiliki kekuatan paling besar dan kecerdasan paling tinggi (Annajm 5-6), turun ke alam kasar untuk menantang Adam melakukan pertandingan ilmu. Sebab untuk bisa muncul di alam kasar, perlu tenaga mengerem amat besar dalam memperlambat kecepatan gerakannya, dan harus memeras otak tinggi dalam menyeimbangkan perlambatan gerakan dengan pusingan lambat dimensi-dimensi ruang yang dimasukinya. Kemunculan Jibril (makhluk asing) yang menemuinya di alam kasar, membuka daya pikir otak Adam kepada wawasan penelitian alam. Dengan memusatkan diri pada akalnya, akhirnya dia berhasil menembus alam halus dunia unsur dan menembus alam lembut dunia zarah dasar. Ketika Adam muncul di alam lembut Syurga, semua bangsa malaikat amat terkejut. Mereka mengerumuni Adam dengan penuh keheranan dan kekaguman. Sebab dilihat dari jasadnya yang lemah, hampir mustahil makhluk jasad kasar yang gerakannya amat lamban bisa mendatangi tempat mereka.
Sesuai dengan pengamatannya, bangsa malaikat menanyakan pengetahuan Adam tentang alam ciptaan. Hukum-hukum ruang mengilhamkan jawaban kepada akal Adam: ‘Hai Adam, beritahukan kepada mereka semua nama benda dalam alam yang telah kamu pelajari selama ini. Juga jelaskan alasan kamu untuk bisa menembus dimensi-dimensi ruang itu’. Maka Adam pun menjelaskan nama-nama benda langit yang ditelitinya seperti satelit-planet-bintang. Lalu dia menjelaskan bagimana caranya agar bisa menembus tiga dimensi ruang yang disekat hukum-hukum peralihannya itu. Setelah diberitahukan Adam kepada mereka semua pengetahuan berikut alasan-alasannya, hukum pun mengilhamkan kelebihan Adam kepada bangsa malaikat: ‘Bukankah sudah kukatakan kepada kalian, sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kalian lahirkan dan apa yang kalian sembunyikan?’.

Ayat 34. Mendengar penjelasan Adam tentang cara dirinya menembus dimensi-dimensi ruang halus dan lembut yang amat sulit dilakukan itu, bangsa malaikat jadi mengetahui bahwa Hukum Akal memiliki perangkat yang hadir di setiap peralihan dimensi ruang. Karena itu ketika kami (perangkat Hukum Akal) berkata kepada bangsa malaikat: ‘Patuhlah (sujud) kalian semua kepada kepemimpinan Adam’. Maka mereka pun mengakui kepemimpinan (kekholifahan) Adam dan menyatakan patuh, kecuali Iblis yang jadi pemimpin bangsa setan. Dia enggan mengakui kepemimpinan Adam meski Adam mampu memasuki ruang tempat tinggalnya di puncak alam lembut Syurga. Alasannya, manusia bukan hanya lelaki tetapi punya pasangan yaitu perempuan. Kalau Adam mampu memasuki tempat tinggalnya, Hawa pasangannya belum tentu mampu. Dia sombong, karena memiliki ketahanan tubuh paling kuat, sehingga menghuni dimensi ruang yang suhunya paling panas. Karena itu Tuhan (Hukum) menyatakan Iblis termasuk ke dalam golongan orang-orang kafir.

Ayat 35. Setelah Adam kembali ke alam kasar Syurga, kami hukum-hukum ruang mengilhamkan izin: ‘Hai Adam, diami alam kasar syurga ini olehmu dan kamu boleh mengawini Hawa sebagai isteri pasangan hidupmu. Pelajari segala pengetahuan alam yang banyak dan baik dalam syurga ini sebagai makanan akalmu (makan makanan-makanannya) di mana saja kalian berada dan kalian sukai. Hanya satu peringatan dari kami. Sekali-kali kalian jangan mendekati pohon teratai (sidrotil muntaha) yang jadi pusat alam ini. Sebab pohon teratai itu bisa menimbulkan bencana kepada kalian, dan akan menyebabkan kalian termasuk orang-orang zalim (pelanggar hukum).

Ayat 36. Penolakan Iblis tidak mau mengakui kepemimpinan manusia karena manusia ada dua jenis, jadi beban pikiran Adam. Maka sekembalinya di alam kasar, Adam meminta Hawa agar mempelajari cara menembus dimensi-dimensi ruang seperti yang telah dilakukannya. Ternyata Hawa juga berhasil melakukan penembusan dimensi-dimensi ruang itu. Ketika mereka mendatangi tempat Iblis untuk menunjukkan kemampuan mereka, Iblis merengut tidak memberi komentar apa-apa (Almuddatstsir 22).
Adam dan Hawa turun kembali ke alam malaikat. Di sana mereka mengamati kehidupan manusia Bumi dengan seksama melalui kemanunggalan telanjang sebagai layar televisi. Karena menurut aturan Hukum, setelah diangkat jadi pemimpin oleh bangsa malaikat atas nama Hukum, tugas mereka adalah memimpin manusia Bumi untuk memperbaiki moralnya yang biadab (Baqoroh 30). Pada waktu itulah datang seorang setan yang memberitahu bahwa, Iblis yang jadi pemimpinnya akan mengakui kepemimpinan Adam-Hawa jika mereka mampu memasuki dimensi ruang di atas ruang tempat tinggal Iblis yang suhunya jauh lebih dahsyat (keduanya digelincirkan oleh setan).
Mendengar pemberitahuan itu Adam sangat gembira. Dia mengajak Hawa memusatkan diri lagi pada akalnya untuk menembus ufuk Syurga. Dengan disaksikan oleh bangsa setan dan malaikat, mereka memusatkan diri. Usahanya berhasil, tetapi malang tak dapat ditolak. Sebab ufuk Syurga itu lubang putih (white hole) yang bersifat menyeret dengan kasar setiap yang memasukinya, sampai menumbuk Sidrotil Muntaha (Pohon Teratai), dirubah dari keadaan negatif ke ujud positif (dikeluarkan dari keadaan semula), dan keluar di lubang hitam (black hole) pada ufuk alam Fana.
Ternyata lubang putih itu tidak hanya menyeret tubuh Adam-Hawa, tetapi juga menyeret kasar semua penghuni alam lembut Syurga (bangsa malaikat dan setan). Maka Kami (Hukum Akal dan perangkatnya) mengilhamkan putusan: ‘Turun kalian semua ke alam wujud tampak! Di alam itu sebagian kalian akan jadi musuh bagi yang lain karena menganut hukum rasa jasad. Bagi kalian semua ada tempat kediaman sementara di Bumi (alam Fana), dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan’.

Ayat 37. Seretan lubang putih itu menyadarkan Adam akan kesalahan dirinya. Karena ambisinya ingin menaklukan Iblis, dia telah menyeret isterinya Hawa ke kehidupan Fana. Sebagai tanda tobatnya, kemudian Adam menerima beberapa kalimat (amanat-amanat tugas kepemimpinan) dari Tuhannya (Hukum Akal) untuk memperbaiki kesalahan diri, yaitu mematuhi dan menegakkan Hukum Akal, memperbaiki moral masyarakat Neanderthal yang brutal-biadab, menyelamatkan-mencerdaskan-memajukan-memakmurkan hidup masyarakat dengan harta-tenaga-ilmu-waktu yang dimilikinya tanpa pamrih-ambisi, dan menumpas segala kejahatan bisikan setan.
Dengan demikian diketahui jelas, turunnya mereka ke alam Fana untuk mengemban tugas pemimpin bukan diperintah Alloh, tetapi karena kesalahan langkah sendiri. Karena itu, beberapa kalimat dari Tuhannya berarti janji diri akan memenuhi amanat-amanat Alloh pada alam, dan tidak mendekati Pohon Teratai yang telah diperingatkan Hukum (Tuhan), sebab kalau Adam tidak berambisi menaklukan iblis; tentu Adam-Hawa tidak akan pernah turun ke alam Fana. Karena untuk bisa turun ke alam Fana dari alam Syurga hanya ada satu jalan, yaitu melalui lubang putih di ufuk Syurga.
Maka Adam pun bertobat atas kesalahannya telah melanggar peringatan Tuhan itu, dan Alloh yang pengasih-penyayang tentu saja menerima tobatnya. Sebab sesungguhnya Alloh itu penerima tobat, dan penyayang kepada makhluknya yang menyadari kesalahan dirinya.


Tanggapan Hilman Cikajang Garut dan Mahmud Cimenyan Kab. Bandung

Hilman: “Pertama. Tentang kebenaran praktek ritual penyembahan agama-agama. Mengapa Rosul Muhammad memasukkan penyembahan agama ke dalam definisi kekafiran (pembangkangan)? Bisakah Anda memberi alasan penguatnya?.
Kedua. Pada ayat 34 saya melihat perubahan istilah Tuhan dari Aku menjadi Kami, dan Anda menyebut Kami adalah perangkat Hukum Akal. Apa alasannya?”..

Mahmud: “Para ulama menfsirkan kata pohon pada ayat 35 adalah pohon berbuah khuldi yang dikaitkan dengan pelanggaran seksual. Tetapi saya lebih setuju pada tafsir Anda bahwa kata pohon itu tidak lain dari pohon teratai (sidrotil muntaha) yang jadi pusat alam. Pada ayat 36 Anda menceritakan tempat tinggal Iblis di Syurga dengan mengacu kepada Almuddatsir ayat 22. Ketika ayat itu saya buka, tafsir ulama dari ayat 11 menceritakan sikap pemimpin Qurays di Mekah yang bernama Al Walid bin Mughirah terhadap beberapa ayat Qur’an yang dikemukakan Nabi Muhammad. Bagaimana penjelasan Anda?.

Jawaban untuk Hilman

Sandie: “Pertama. Semua agama meyakini ritual menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah) adalah perintah Alloh untuk mengampuni-menghapus dosa. Contoh paling dekat dalam agama Islam. Agamawan Islam menyatakan ritual sholat harian menghapus dosa sehari, sholat jum’atan menghapus dosa seminggu, puasa sebulan menyucikan dosa setahun, haji-umroh menghapus seluruh dosa dan menjamin masuk syurga. Keyakinan itu membuka peluang besar kepada penganutnya untuk berbuat dusta-salah-buruk-jahat-diskriminatif, karena semua dosanya diyakini akan dihapus ritual penyembahan. Dosa membunuh dihapus ritual menyembah, sehingga aturan hukum qisos jadi tidak berlaku. Korupsi satu miliar dapat dihapus pergi haji-umroh dengan ongkos puluhan juta, sehingga moral perilaku jadi tidak berguna samasekali. Dengan demikian, syurga bukan tempat kaum moralis, tetapi akan dijubeli para penjahat-koruptor-pembunuh-pemerkosa-penindas.
Padahal tidak seorang pun rosul yang menyatakan ritual penyembahan itu perintah Alloh. Bahkan Rosul Ibrohim menghancurkan semua benda-patung sembahan. Sebab Alloh tanpa wujud, sehingga tidak ada yang bisa disembah pada dirinya. Karena tanpa wujud (antirasa-antijasad), Alloh tidak bisa berkata-kata dengan manusia (Asysyuuro 51), kecuali dengan perantaraan wahyu (ilham akal) atau dibalik tabir (gejala-tampak alam peragaan), sehingga mustahil akan mengucapkan perintah kepada manusia untuk menyembahnya.
Alloh itu Akal tanpa wujud yang antirasa-antijasad, sedangkan yang disembah agama adalah benda yang dibangun dari rasa-jasad (isteri = alam dan seluruh isinya) buangan Alloh, bukan Alloh meski diberi nama Alloh. Hukum yang dianut semua agama juga bukan Hukum Akal (Tuhan Alloh), tetapi hukum rasa-jasad anutan setan yang kafir kepada Hukum Akal. Kenyataannya mereka menolak akal = kafir kepada Alloh.
Kedua. Pergantian istilah bagi Tuhan (Hukum) dari aku jadi kami terjadi setelah Adam berhasil menembus dimensi-dimensi ruang halus dan lembut di alam Syurga. Setiap dimensi ruang disekat oleh hukum (cermin peralihan) seperti dikemukakan oleh data ilmu (Almuzzamil 3-4), yaitu seperdua malam (tengah malam = pertengahan alam ilmu atau alam tersembunyi yang gelap) adalah cerminCP (hukum pembalikan ruang). Kurangi sedikit dari seperdua malam adalah cermin-C (hukum peralihan alam kasar ke alam halus = hukum penolak jasad kasar) yaitu di sepertiga malam seperti dijelaskan pada Almuzzamil 20. Lebihi dari seperdua malam adalah 2/3 ruang atau cermin-T (hukum pembalikan waktu) sebagai batas alam lembut (batas alam malaikat).
Artinya, sebelum cermin-cermin (hukum-hukum ruang) itu pertama kali ditemukan oleh penelitian akal Adam (rosul) melalui penembusan dimensi-dimensi ruang, tidak ada makhluk yang tahu bahwa ruang disekat oleh hukum-hukum peralihan dimensi yang jadi perangkat Hukum Akal. Itu sebabnya, istilah Kami untuk Hukum disebut setelah Adam menceritakan penembusan dimensi-dimensi yang disekat hukum-hukum ruang. Karena itu cerita hadits yang menggambarkan Rosul Muhammad menunggang Burok (kuda semberani berkepala wanita) ketika melakukan perjalanan ke Sidrotil Muntaha, adalah dongeng bohong khayalan ahli kitab (pembuat hadits) pembenci Rosul Muhammad. Sebab kata ‘bark’ pada surat Isroo 1 artinya ‘kilat atau cahaya’.
Dongeng isro-mi-roj menyiratkan penghinaan paling jahat terhadap Nabi Muhammad. Hadits itu menceritakan undangan Alloh kepada Nabi Muhammad untuk melakukan perjalanan ke Sidrotil Muntaha, dan malaikat menyediakan Burok untuk tunggangannya. Padahal semua rosul melakukan isroo atas kehendak dan usaha sendiri untuk mencari Alloh melalui pemusatan diri pada akalnya, dengan menembus dimensi ruang lembut dalam kecepatan cahaya. Artinya, cerita perjalanan dengan Burok menyiratkan fitnah jahat, yang menggambarkan perjalanan bulan madu Nabi Muhammad dengan menunggangi wanita bernafsu kuda. Sebab menurut cerita hadits, Nabi Muhammad itu punya nafsu syahwat maniak, dibuktikan dalam riwayat hadits dengan kawin hampir tiap tahun setelah jadi rosul (baca: Muhammad The Final Messenger karangan Dr. Majid Ali Khan yang dinyatakan para tokoh ulama Arab sebagai buku sejarah rosul terbaik).

Jawaban untuk Mahmud

Sandie: “Kembali Anda melihat, tafsir ulama itu diambil dari hadits. Padahal para penerjemah Qur’an di Depag RI itu rata-rata bergelar profesor doktor. Tetapi karena otaknya telah dijatah ajaran ulama hadits, maka daya pikirnya merosot jadi setingkat keledai.
Soalnya, dari Alalaq hingga Alfatihah adalah rumusan Sunnah Muhammad (pola qisos disiplin ilmu) untuk menyusun Qur’an. Alalaq yang dimulai dengan iqro adalah anjuran untuk mempelajari alam mencari ilmu dan hukum-hukum penciptaan yang benar, sehingga jadi rumusan akal. Alqolam adalah pena (benda teknologi) atau alam peragaan yang penuh kejanggalan (gejala-tampak), sehingga kebenarannya berada di balik tabir. Almuzzamil adalah alam unsur dunia ilmu (waktu malam), ditunjukkan dengan menjelaskan hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T) yang harus ditembus calon nabi-rosul. Almuddatstsir adalah simpulan rosul (pemimpin akal utusan Akal) yang baru muncul atau belum dikenal masyarakat (berselimut). Alfatihah (hukum moral) adalah rumusan hukumnya, sehingga muncul di awal Qur’an yang berisi kandungan Alalaq hingga Almuddatsir.
Almuddatsir 1-10 menceritakan tugas rosul yang telah berhasil menembus dimensi-dimensi ruang hingga ke alam malaikat (apabila ditiup sangkakala oleh isrofil), karena cermin-T (hukum pembalikan waktu) itu dijaga oleh dinding listriklemah (elektroweak = Ijroil dan isrofil). Bila pada permukaannya, Almuddatsir 2 menyuruh bangun dan memberi peringatan, maka dibalik tabirnya menyuruh tembus alam halus dan awas hati-hati pada peralihan ruangnya yang disekat cermin-C (masy’aril harom = bukit peringatan) yang dijaga Munkar-Nakir.
Ayat 3 menyuruh besarkan Tuhanmu (Hukummu = Hukum Akal, dan kecilkan jasadmu dengan membunuh rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi). Ayat 4 menyuruh bersihkan pakaian (jasad) berarti kosongkan rasa karena akan dihantam cermin-CP (hukum pembalikan ruang) yang dijaga Mikail. Ayat 5 menyuruh tinggalkan perbuatan dosa berarti buang rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad pembuat dosa, karena akan menembus cermin-T (hukum pembalikan waktu = hukum pencuci hati) yang dijaga oleh Ijroil-Isrofil.
Ayat 11 menceritakan Iblis (raja setan) yang diciptakan sebatangkara. Ayat 13 (anak-anak yang selalu bersamanya = bangsa setan pengikutnya). Ayat 14 memberitahukan, dengan kemampuan bergerak dalam kecepatan cahaya, Iblis punya kebebasan menembus alamfana. Dia ingin diberi tambahan kemampuan untuk bisa menembus-muncul di alam halus dan alam kasar untuk menguasai alam jin dan alam manusia, tetapi tidak bisa (ayat 15-16), karena dia menolak-membangkang hukum-hukum ruang, sehingga gerakannya dalam kecepatan cahaya menjadi jenuh.

Selasa, 21 Desember 2010

tafsir albaqoroh 28-32

Oleh : Sandie

Al-Baqoroh 28-32

Tafsir 2a. Komponen Akal dari Dimensi Pengetahuan
Bismillaahir rohmaanir rohiim = Dengan nama Alloh yang pengasih-penyayang

Ayat 28. Alloh adalah Akal dan Tuhan Alloh adalah Hukum Akal. Karena itu Muhammad bertanya kepada manusia penganut kebenaran agama dan politik penolak kebenaran akal: ‘Mengapa kamu penganut agama penyembah mayat untuk menghapus dosa yang memuaskan rasa dan penganut politik melakukan tipudaya kesepakatan yang memuaskan jasad, sehingga jadi kafir dan munafik kepada Akal? Padahal menurut pengetahuan kamu sendiri, tadinya kamu mati, lalu Alloh melalui bangsa akal yang diciptakan sebagai katalisator menghidupkan kamu, membangun jasad kamu, dan memproses perilaku-perbuatan kamu atas pilihan hasrat rasa-jasadmu sendiri.
Karena memakan makanan-minuman dan perbuatan yang merusak jasad, kemudian kamu dimatikan oleh racun-penyakit dari makanan-minuman dan langkah perbuatan kamu sendiri. Tetapi pada seretan kiamat jasad kamu yang mati menumbuk cermin-P, sehingga akal yang jadi roh (katalisator) kamu bersatu lagi dengan jasadmu (Takwir 7), dan jasad kamu dihidupkan-dibangun kembali olehnya. Kemudian pada akhir kiamat kamu akan dikembalikan kepada Hukum Akal (cermin-CPT) sebagai pemutus perkara.
Ayat 29. Melalui bangsa akal sebagai katalisator itulah Dia (Alloh) menciptakan (menjadikan) segala benda-peristiwa yang ada di alam wujud (Bumi) untuk dimanfaatkan oleh kamu makhluk otak tinggi. Dimulai dengan merencanakan (berkehendak) penciptaan ruang (langit) sebagai wadah bagi segala benda-peristiwa pengisinya, dengan menggunakan rumus persamaan gelombang nisbi kaaf-Haa-yaa-ain-shood (x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas), berlangsunglah proses evolusi penciptaan 3-dimensi ruang semesta, yaitu 3-dimensi ruang Fana (alif-laam-roo), 3-dimensi ruang Syurga (alif-laam-shood), dan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi (alif-laam-miim).
Dengan demikian dalam penciptaan itu terbentuk tujuh dimensi ruang (langit), yaitu 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar Fana (P1), 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar Syurga (P2), dan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa (P3) seperti rumusan aksioma kedua ruang Haussdorff. Karena rencana penciptaan dilakukan dengan rumus persamaan matematika dan berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung, tentu saja Dia mengetahui segala sesuatu yang diciptakannya.
Ayat 30. Ini adalah peringatan utama bagi manusia (ingat). Peringatan dimulai ketika bangsa malaikat di alam lembut Syurga mengamati kehidupan orang Neanderthal (manusia) di muka Bumi melalui kemanunggalan telanjang (naked singularity) seperti rumusan sensor langit Roger Penrose. Mereka menyaksikan orang Neanderthal hidup berkelompok-kelompok di tiap benua Bumi membangun kekuasaan diri. Kekuasaan diperebutkan para anggota kelompoknya dengan menghalalkan segala cara, saling jegal-fitnah-bunuh. Ketika satu kelompok bertemu dengan kelompok lain terjadi peperangan, yang kalah jadi taklukan menyembah dan memberi upeti kepada yang menang.
Dari hasil pengamatan itu diperoleh simpulan. Ternyata Tuhan (Hukum) kamu semua makhluk otak tinggi telah mengamanatkan putusan kepada bangsa malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan manusia sebagai kholifah di muka Bumi (alam Fana)’. Amanat hasil tangkapan bangsa malaikat itu telah memunculkan protes di lingkungan mereka kepada Hukum (Tuhan): ‘Wahai Tuhan kami! Mengapa Engkau hendak menjadikan pemimpin di muka Bumi (alam Fana) itu justru makhluk yang suka membuat kerusakan padanya dan selalu menumpahkan darah? Bukankah menurut watak Engkau, pemimpin itu seharusnya kaum moralis seperti kami yang selalu bertasbih memuji watak pengasih-penyayang Engkau dan menyucikan Engkau dari ketidakadilan, bukan yang berwatak biadab seperti manusia?’.
Tuhan (Hukum) mengilhamkan jawaban: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui yang tersembunyi dibalik kebiadaban manusia itu, tetapi kamu tidak mengetahui. Karena itu jika kamu bangsa malaikat ingin tahu kelebihan yang tersembunyi pada manusia, kamu harus menantang mereka untuk melakukan pertandingan ilmu. Dengan demikian kepemimpinan akan ditentukan oleh keunggulan ilmu, bukan oleh hukum agama dan politik. Bukankah di Syurga ini juga ada bangsa manusia yang disebut Adam dan Hawa?”.
Ayat 31. Karena Adam itu punya otak tinggi, Dia (Hukum Akal = Tuhan Alloh) telah mengajarkan (mengajar melalui alam peragaan) kepada Adam untuk memberi nama-nama seluruh benda yang dilihatnya di alam Syurga. Cara Adam mempelajari alam dan memberi nama-nama benda alam itu dapat disaksikan bangsa malaikat sendiri melalui peragaan gerak-geriknya kepada Hawa yang mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian Hukum mengemukakan permintaan kepada para malaikat dalam bentuk ilham: ‘Sekarang sebutkan kepadaku nama benda-benda yang diceritakan Adam kepada Hawa itu jika kamu memang orang-orang yang bisa menilai dengan benar’.
Ayat 32. Mereka semua bangsa malaikat menggelengkan kepala dan mengemukakan jawaban: ‘Mahasuci engkau dari sifat ketidakadilan. Kami tidak tahu apa yang diceritakan Adam kepada Hawa tentang semua benda yang ditunjuknya, dan disetujui Hawa dengan anggukkan kepalanya. Tidak ada yang kami ketahui tentang pengetahuan Adam itu selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, yaitu gerak-gerak Adam dan Hawa dalam memberi nama-nama seluruh benda. Sesungguhnya engkau mengetahui segala sesuatu dan bijaksana dalam membuat putusan’.

Tanggapan

Ma’mun: “Pertama. Pada surat Alfatihah ada pertanyan terlewat dan tidak ditanyakan anggota kelompok diskusi yang lain. Para ulama agama Islam menyatakan, surat Albaroah atau oleh para ulama agama Islam disebut juga Attaubah, tidak diawali bismillah tanpa memberi alasan ilmunya. Tetapi kalau bismillah itu moral, mestinya setiap surat Qur’an mutlak harus memiliki bismillah. Bagaimana alasan Anda?
Kedua. Pada Albaqoroh dan tafsir 2a (Albaqoroh 29) Anda menyebutkan ledakan besar supernova di awal penciptaan menghasilkan aksioma kedua ruang Haussdorff, yaitu: alam syurga (P2, alif-laam-shood), alam fana (P1, alif-laam-roo), dan alam ruh (P3, alif-laam-miim). Pada tafsir 1a (albaqoroh 01-05) Anda menyatakan, akibat seretan kiamat mengubah alam syurga jadi alif-laam-miim-shood dan alam fana jadi alif-laam-miim-roo. Artinya, baik alam syurga maupun alam fana sama-sama masuk kembali ke lubang bekas meloncatnya di alam ruh. Bagaimana Anda menjelaskannya?”..

Anda T.S.: Pertama. Pada tafsir 1b (Albaqoroh 10) Anda menyatakan, Tuhan Alloh adalah hukum qisos (hukum pembalasan seimbang), dan para ulama agama Islam menyatakan hukum qisos adalah hukum mati bagi pembunuh. Ketika saya buka Albaqoroh 178 ditemukan kejanggalan, yang jika mengikuti tafsir ulama, hukum akan menjadi kacau. Bukankah tafsir ulama itu sama dengan mengkhayalkan ucapan Adam kepada Hawa melalui gerak-geriknya (Albaqoroh 32)? Padahal bangsa malaikat sendiri tidak berani mengkhayalkan kata-kata Adam. Sebab jika orang merdeka membunuh sahaya atau seorang suami membunuh perempuan, maka yang akan mendapat hukuman bukan pembunuhnya, tetapi sahaya dari orang merdeka dan isteri dari si suami pembunuh. Karena itu saya minta Anda menjelaskan maksud ayat tersebut.
Kedua. Dari penjelasan Anda tentang layar TV di ufuk peristiwa yang terlihat dari ruang lembut syurga (Albaqoroh 30) dan dari ruang lembut fana (Annajm 15), saya menangkap geometri alam semesta adalah ruang bundar dan alamfana adalah ruang lonjong. dilihat dari angka ayatnya: Albaqoroh ayat 30 menunjukkan ruang bundar dan Annajm ayat 15 menunjukkan ruang lonjong. Bagaimana menurut pendapat Anda?”.

Rahmat: “Pertama. Pada tafsir 1c dijelaskan. Ruang bayangan cermin dari Albaqoroh 1-15 bukan hanya Albaqoroh 16-20 (rasa dan akal) tetapi juga Albaqoroh 21-27 (hukum). Bagaimana Anda menjelaskannya?.
Kedua. Dari tafsir 1e saya baru mengerti mengapa misi semua rosul selalu gagal dan mendapat perlawanan dari masyarakat. Sebab semua rosul tampil di lingkungan masyarakat agamis yang para pemimpinnya menganut kebenaran politik (hukum kesepakatan). Dengan berpegang pada rumusan The Theory of Truth, dalam memberi peringatan nampaknya semua rosul menyatakan agamawan-politisi bukan orang-orang beriman meski mulut mereka tidak pernah berhenti menyanjung-puja Alloh, tetapi orang-orang kafir dan munafik, sehingga mereka menggerakkan massa pengikutnya untuk memusuhi rosul. Apa pendapat saya tidak salah?



Jawaban

Sandie: “Jawaban untuk Ma’mun. Pertama. Albaroah artinya kebebasan, menceritakan bahwa Alloh melalui Tuhan Alloh (Hukum Akal atau gaya nuklirkuat) membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasibnya. Kalau ulama mengubah Albaroah jadi Attaubah, itu menunjukkan bahwa mereka tidak mempercayai Alloh membebaskan makhluk menentukan nasib sendiri. Sebab menurut keyakinan mereka, Alloh menentukan segalanya. Padahal landasan Albaroah adalah gaya nuklirkuat. Yang memberi kebebasan makhluk adalah moral pengasih-penyayang Alloh. Karena itu di awal Albaroah mutlak harus dicantumkan bismillaahir rohmaanir rohim. Kalau dinyatakan tidak ada, pasti penyusun pertama Qur’an yang jadi acuan ulama itu kelupaan. Atau bisa jadi juga, penyusunnya (ulama awal) sengaja menghapus untuk menyesatkan keimanan.
Kedua. Gaya nuklirkuat membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri. Bertolak dari ayat yang menyatakan, ketika dua pasukan bertemu, pasukan kafir melihat seolah kekuatan pasukan mu’min itu dua kali lipat jumlahnya. Yang diungkapkan ayat itu adalah proses kiamat. Alam semesta terdiri dari 3-dimensi ruang, yaitu alam ruh (1/3), alam syurga (1/3), dan alam fana (1/3). Pasukan kafir adalah alam fana, sedangkan di alam baka ada dua alam: alam ruh dan alam syurga (= 2/3). Ketika alamfana diseret pada hari kiamat, kekuatan 2-didalam menarik kekuatan 1-diluar. Perlawanan alamfana menyeret pertahanan alam syurga, sehingga dua alam wujud itu masuk kembali ke lubang bekas meloncatnya masing-masing di alam ruh (alif-alaam-miim). Maka alam syurga jadi alif-laam-miim-shood dan alam fana jadi alif-laam-miim-roo.

Jawaban untuk Anda T.S. Pertama. Kita cantumkan dulu ayatnya: ‘Hai orang-orang beriman! Diwajibkan atasmu qisos berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, sahaya dengan sahaya, dan wanita dengan wanita. Siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah membayar kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik. Demikian itu suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Siapa yang melampaui batas sesudah itu, baginya siksa yang amat pedih’.
Hukum qisos adalah hukum pasangan saling mengekalkan atau hukum pembalasan seimbang. Pembunuhan hanya contoh kasus. Karena saling mengekalkan, hukuman yang diterapkan bukan hukum mati bagi pembunuh, tetapi menyeimbangkan hukuman dengan usia si korban, acuannya usia rata-rata manusia. Misalkan usia rata-rata manusia 100 tahun. Bila yang dibunuh berusia 40 tahun, maka si pembunuh harus dihukum kurungan 100 - 40 = 60 tahun. Karena dikurung (dipenjara) sama dengan lenyap dari peredaran selama sisa usia yang belum dijalani si korban.
Ayat selanjutnya menceritakan keringanan atau pembebasan hukuman sebagai berkah (rohmat) dari Tuhan (Hukum). Kalau si pembunuh ingin mendapat keringanan atau bebas dari hukuman, dia harus minta persetujuan dari keluarga (saudara) si korban. Pemberian maaf harus ditukar dengan membayar ganti nyawa kepada keluarga si korban. Perhitungannya didasarkan pada penghasilan (kalau bekerja) atau pengeluaran si korban. Pengeluaran perhari orang merdeka beda dari sahaya, pengeluaran lelaki beda dari perempuan. Bila pengeluaran perhari si korban Rp. 10.000, jika si pembunuh menyerahkan uang ganti nyawa Rp. 36.500.000,- maka dia mendapat keringanan 10 tahun. Jika ingin bebas dari kurungan, maka si pembunuh harus membayar 365 x 60 x 10.000. Uang ganti nyawa ini harus diberikan kepada keluarga (saudara) si korban.
Kedua. Jawaban Anda memang benar. Sebab pada hal-hal yang prinsip, angka ayat-ayat Qur’an selalu berkaitan dengan landasan ilmunya. Contoh, Alisroo 78 menjelaskan dimensi ruang ke 78 atau alam rasa di langit ke tujuh dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum. Karena itu Albaqoroh 30 merupakan ruang antipode dari Annajm 15. Dengan demikian, alam fana (15) adalah ruang lonjong yang berpasangan dengan alam syurga, sehingga menjadi ruang bundar (30).

Jawaban untuk Rahmat. Pertama. Semua benda (termasuk jasad manusia) memiliki ruang yang dibangun hukum (cermin C-CP-T-P) ke dalam dimensi-dimensi. Hati adalah ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum. Tetapi tiga dimensi ruang itu permukaannya dari qoof (cermin-P) hingga kaaf (cermin-C) diisi oleh rasa (daging hati). Dibalik kaaf dalam bentuk ruang kosongnya diisi oleh bangsa akal sebagai katalisator hingga Haa (cermin-T). Sedangkan cermin-CPT (Hukum Akal) adalah yaa sebagai pembalikan dari ruang akal, sehingga berada diluar alam rasa-akal (hati dan ruangnya). Artinya, alam Alloh itu dinding tenaga di balik atau di luar alam makhluk (bangsa akal dan rasa). Karena itu Albaqoroh 21-27 di luar Albaqoroh 17-20.
Ketika makhluk berniat melakukan sesuatu, niat itu menumbuk dinding hati (cermin-P). Bila niatnya dusta-buruk-salah-jahat-takadil, akal memantulkan peringatan agar mengurungkan niat itu. Tetapi bila peringatannya tidak digubris, akal tetap memproses niat tersebut sesuai dengan yang dihasrati rasa-jasad. Bila niat itu sudah tidak mampu menumbuk dinding hati, akal tidak akan memproses, yang menyatakan rasa-jasad itu sudah mati (jasad makhluk itu sudah mati rasa). Selama rasa jasadnya masih mampu menumbuk akal, akalnya akan tetap memproses niat jasad sesuai dengan janji fitrohnya (Alisroo 78). Artinya, anggapan semua agamawan yang menyatakan Alloh menghidupkan dan mematikan adalah tidak benar. Kematian dan nasib akhir makhluk ditentukan oleh pilihan langkah makhluk sendiri.
Rosul Muhammad menyusun Qur’an dalam pola qisos (pasangan saling mengekalkan) antara kholik dan makhluk, antara akal dan rasa, lelaki dan perempuan, bumi dan langit, siang dan malam, dan seterusnya. Semua pasangan itu memiliki sifat berlawanan. Artinya, kalau Alloh pengasih-penyayang-penyantun-pengampun-bijaksana, maka yang peminta-pembenci-pemurka-pengutuk-pengazab adalah pasangannya. Kalau Alloh yang menghidupkan, mustahil akan mematikan lagi yang dihidupkannya. Kalau Alloh menciptakan syurga (alam kebahagiaan), mustahil akan menciptakan neraka (alam penyiksaan). Dengan kata lain, mustahil Alloh akan memiliki segala watak buruk. Sebab sejak awal penciptaan, Alloh telah membuang rasa-jasadnya dan telah menyerahkan kekuasaan atas alam ciptaannya kepada Tuhan (Hukum), sehingga dia tidak ikut campur lagi urusan makhluk.

Kamis, 16 Desember 2010

tafsir albaqoroh 21-27

Oleh : Sandie CS67

Albaqoroh 21-27

Tafsir 1e. Komponen Hukum dari Dimensi Akal
Bismillaahir rohmaanir rohiim = Dengan nama Alloh yang pengasih-penyayang

Ayat 21. Dari latarbelakang (ayat 01-05), gejala-tampak (ayat 06-10), data ilmu (ayat 11-15), dan simpulan pemimpin (ayat 16-20), diperoleh rumusan hukumnya sebagai berikut. Wahai manusia yang punya potensi otak paling tinggi! Mengabdi kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang (generasi) sebelum kamu sebagaimana janji fitroh kamu sendiri (Alfatihah 4-5). Karena alam peragaan yang jadi kitab Alloh itu penuh kejanggalan untuk petunjuk jalan lurus, maka kamu harus memanfaatkan potensi otak tinggimu membuka segala rahasia alam dan hukum-hukum yang diberlakukan Alloh pada alam itu, agar kamu jadi makhluk takwa (patuh kepada Akal dan kepada Hukum Akal yang dibangunnya).
Ayat 22. Alloh itu Akal dan Tuhan Alloh sebagai Hukum Moral (Alfatihah) adalah Hukum Akal. Baik Akal maupun Hukum Akal tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Karena itu Dia menciptakan ruang (langit) dan segala benda (bumi) pengisinya dengan ilmu yang berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari bahan hingga jadi benda-peristiwa dan dari sebab ke akibat. Proses evolusi memberi alasan-alasan mengapa sesuatu terjadi, bagaimana terjadinya, siapa penciptanya, dari bahan apa dibuatnya, apa unsur-unsur perusaknya, dan bagaimana nasib akhirnya. Dengan demikian, bila proses evolusinya dijejaki mundur ke belakang dan maju ke depan, seluruh penciptaan akan bisa dijelaskan akal dengan alasan-alasan ilmu yang benar.
Melalui proses evolusi itu Tuhan Alloh (Hukum Akal) menjadikan Bumi dan planet-planet lainnya sebagai hamparan tempat tinggal bagi kamu manusia, dan ruang angkasanya berupa langit sebagai atap. Dan melalui penguapan air laut, Tuhan Alloh membentuk awan-awan yang berarak ke daratan karena ditiup angin, dan menurunkan hujan dari awan yang berarak di langit itu. Lalu melalui hujan itu tumbuh berbagai jenis tanaman dan buah-buahan sebagai rizki bagimu. Karena itu jangan kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Alloh, padahal kamu mengetahui Alloh itu Akal yang tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal.
Ayat 23. Dan kalau kamu para penganut kebenaran pragmatis agama dan kebenaran konsistensi politik merasa ragu-ragu (dalam keraguan) tentang kebenaran isi Taurot-Zabur-Injil-Qur’an sebagai buku petunjuk ilmu dan hukum Alloh yang kami turunkan kepada hamba (pengabdi) kami para rosul, buat satu surat yang semisal ayat-ayat petunjuknya itu yang mengandung alasan-alasan ilmu, dan ajak penolong-penolong kamu para penyair dan tukang sihir yang bukan penganut kebenaran Akal (Alloh), kalau kamu memang orang-orang yang benar.
Ayat 24. Kalau kamu tidak dapat membuat surat petunjuk ilmu itu, dan kami hukum-hukum ruang dapat memastikan, kamu para penganut kebenaran agama-politik yang tidak pernah melakukan penelitian terhadap alam dan kebenaran hukum-hukum anutanmu, tidak akan mampu membuatnya. Karena itu pelihara dirimu dari perbuatan dusta-salah-buruk-jahat-takadil dalam hidupmu agar kami hukum–hukum ruang tidak melontarkan kamu ke dalam neraka di hari berbangkit, yang suluhnya manusia-jin-setan (makhluk otak tinggi) penolak akal dan segala benda mati termasuk benda sembahan. Sebab neraka hasil evolusi alam fana pembangkang itu disediakan untuk tempat pulang para pembangkang (orang kafir).
Ayat 25. Lalu sampaikan berita gembira kepada mereka yang beriman (penganut kebenaran akal) dan dalam hidupnya selalu berbuat baik. Bahwa bagi mereka di hari berbangkit disediakan syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan (pengetahuan teknologi penciptaan berupa alam peragaan dan benda-benda langit pengisinya) dalam syurga itu mereka mengatakan: ‘Alam peragaan berupa teknologi penciptaan ini adalah rizki akal pemberian Akal, sama seperti yang kita terima dahulu di kehidupan Fana’. Dan mereka diberi panorama alam Syurga yang indah dan buah-buahan (benda-benda langit) yang serupa. Selain itu di alam Syurga (di dalamnya) ada jodoh (pasangan-pasangan hidup) yang suci dari nafsu syahwat-angkara untuk mereka, dan mereka semua hidup kekal di alam Syurga itu, karena tidak memuaskan nafsu syahwat-angkaranya.
Ayat 26. Sesungguhnya Alloh tidak malu membuat perumpamaan penciptaan pada ukuran kecil berupa nyamuk bahkan yang lebih kecil dari nyamuk itu. Sebab penciptaan alam ini berlaku homogen-isotrop (serbasama-serbaserupa) mulai dari ukuran terbesar (alam ruh-syurga-fana) hingga alam atom (netron-proton-elektron) yang terkecil bahkan alam zarah gaung quark (rasa) sebagai bahan, semuanya diciptakan dalam persamaan gelombang nisbi (relativistic wave equation) kaaf-Haa-yaa-ain-shood (x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas), dan membangun segala sesuatu dalam pasangan akhir alif-laam-miim (negatif-nol-positif). Adapun orang-orang beriman (para penganut kebenaran akal), mereka yakin perumpamaan penciptaan itu memang benar dari Tuhan (Hukum) mereka.
Tetapi mereka (para penganut agama-politik) yang kafir-munafik kepada Akal mengatakan: ‘Bagaimana mungkin (apa maksud) Alloh menjadikan nyamuk dan makhluk yang lebih kecil dari nyamuk ini sebagai perumpamaan bagi penciptaan?’. Sebab sesungguhnya dengan bahasa matematis penciptaan sebagai perumpamaan itu banyak orang (makhluk otak tinggi) yang disesatkan dalam keimanannya, dan dengan memakai bahasa matematis penciptaan sebagai perumpamaan itu banyak pula orang (penganut kebenaran akal) yang diberinya petunjuk jalan lurus. Karena manusia makhluk otak tinggi, kalau memegang kebenaran akal, tidak mungkin ada yang akan disesatkan Alloh (Akal). Sebab akal itu tali penghubung dirinya dengan Alloh, kecuali orang-orang fasik (yang menolak kebenaran akal).
Ayat 27. Orang-orang fasik adalah mereka yang melanggar perjanjian Alloh (Akal) sesudah perjanjian itu teguh diucapkan dalam janjinya di alam fitroh (bacaan subuh = Alfatihah 4-5, Alisro 78). Karena Alloh itu Akal, berarti para penganut kebenaran akal memegang tali penghubung dirinya dengan Alloh, sehingga penganut kebenaran agama-politik yang menolak kebenaran akal berarti memutuskan tali itu yang diperintahkan Alloh untuk menghubungkannya. Karena Akal itu moral, maka dengan menolak akal berarti mereka menolak moral, sehingga dalam perjalanan hidupnya mereka menghalalkan cara dengan perilaku dusta-salah-buruk-jahat-takadil, yang pasti akan selalu membuat kerusakan di muka Bumi dan saling berbunuhan (Baqoroh 30). Mereka para penganut agama-politik penolak kebenaran akal itulah orang-orang yang rugi menurut pandangan (di sisi) Alloh.


Tanggapan Mahmud, Cimenyan, Kab. Bandung, Jawa Barat.

Mahmud: “Saya juga pembaca setia surat Anda ke DPR, dan saya terkejut karena pada tafsir 1c Anda mengungkapkan ayat 01-15 adalah rumusan The Theory of Truth. Ayat 01-05 penganut kebenaran akal (korespondensi) yang takwa-beriman, ayat 06-10 penganut kebenaran agama (pragmatis) yang kafir, dan ayat 11-15 penganut kebenaran politik (konsistensi) yang munafik. Artinya, sejak 14 abad silam Rosul Muhammad sudah merumuskan tiga jenis kebenaran yang dianut manusia. Ketika direnungkan, petunjuk awal Qur’an itu memang paling utama. Sebab segala peristiwa kehidupan manusia di Bumi tidak bisa lepas dari perilaku-perbuatan penganut 3-jenis kebenaran itu. Yang lebih mengejutkan lagi, menurut rumusan Rosul Muhammad ternyata penganut agama orang kafir dan penganut politik orang munafik, sehingga mustahil dia akan menganut agama-politik Islam. Dari sini jelas sekali, arti ummi bukan bodoh, tetapi tidak menganut kebenaran agama-politik.
Pada jawaban akhir tafsir 1c Anda menyatakan bahwa Alfatihah 1-7 dan Albaqoroh 01-15 itu adalah rumus penciptaan dari persamaan gelombang nisbi (relativistic wafe equation) Paul Dirac x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas, sebagai rumus penciptaan semesta alam: Peralihan 3-dimensi ruang kasar-halus-lembut (Arofah-Muzdalifah-Mina) menghasilkan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa (tawaf-sa’i-mina) yang dirumuskan Rosul Muhammad dalam upacara haji dengan persamaan gelombang nisbi kaaf-Haa-yaa-ain-shood, dan dikemukakan pula pada ayat 26. Rumus persamaan kaaf-Haa-yaa-ain-shood itu saya temukan pada Surat Maryam 1 seperti dikatakan penanggap tafsir 1d. Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan.
Pertama. Karena Rosul Muhammad bukan penganut agama-politik Islam, apa ada ayat penguatnya?
Kedua. 1) saya minta tafsir yang menceritakan Siti Maryam menciptakan Almasih Isa; 2) pada jawaban akhir di 1d Anda menyatakan Maryam adalah rosul, apa ada ayat Qur’an yang menguatkannya?.
Ketiga. Pada ayat 25 Anda menafsirkan rizki buah-buahan sebagai pengetahuan teknologi penciptaan berupa alam peragaan dan benda-benda langit pengisinya. Apa alasannya?.
Keempat. Pada ayat 26 Anda menafsirkan semesta alam yang diciptakan Alloh hanya alam ruh, alam syurga, dan alam fana, dan itu berlaku homogen-isotrop (serbasama-serbaserupa) hingga zarah atom yang terkecil. Pertanyaannya:
1) bagaimana Anda menjelaskan pertanyaan orang-orang kafir sehingga mereka jadi sesat jalan?;
2) karena yang diciptakan Alloh hanya 3-alam (Ruh-Syurga-Fana), lalu di mana adanya Neraka?;
3) bukankah kata para ulama Islam, ketika isro-miroj Nabi Muhammad melihat Syurga dan menyaksikan orang-orang yang sedang disiksa dalam Neraka?.

Jawaban

Sandie: “Pertama. Qur’an adalah buku petunjuk kosmologi rumusan Rosul Muhammad. Dengan merumuskan The Theory of Truth (teori tentang kebenaran), tentu saja mustahil Rosul Muhammad akan menganut agama yang kafir dan politik yang munafik. Ayat penguatnya adalah definisi keimanan (Baqoroh 62) dan definisi kekafiran (Baqoroh 173) yang dirumuskan Rosul Muhammad sendiri.
Baqoroh 62 menyatakan, penganut agama yang menyebut diri mu’min, yahudi, nasrani, dan penganut politik (shobiin = kaum liberal) bukan batasan keimanan. Karena yang beriman itu penganut kebenaran akal, penegak hukum akal, dan yang selalu berbuat bajik. Baqoroh 173 menyatakan, Alloh mengkafirkan (mengharamkan) penyembahan mayat (jasad-benda-patung-ka’bah), memeras-menumpahkan darah (menindas-mengusir-menganiaya-membunuh, memuaskan nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad (makan daging babi), dan menganut hukum agama-politik yang tidak ditetapkan Alloh..
Kedua. Jawaban 1. Pada Ali Imron 59 Rosul Muhammad menyatakan: ‘Sesungguhnya misal penciptaan Isa oleh Maryam menurut hukum (di sisi) Alloh seperti penciptaan Adam (dan Hawa). Alloh menciptakan Adam dan Hawa dari tanah (bahan). Kemudian Alloh berkata: ‘Jadi’, maka berlangsunglah proses evolusi penciptaan Adam dan Hawa dalam perubahan bentuk mengurut sinambung dari bahan hingga jadi’.
Artinya, Maryam itu bukan anak perempuan manusia yang diperisteri Alloh dan melahirkan Nabi Isa seperti kepercayaan agama Nasrani (sebab isteri = pasangan Alloh adalah alam semesta), tetapi Nabi Isa itu almasih (manusia buatan) Maryam sendiri. Kisah Maryam menciptakan Nabi Isa diceritakan dalam Surat Maryam 16-22. Cara Rosul Maryam menciptakan Nabi Isa sama seperti cara Alloh menciptakan segala sesuatu termasuk Adam-Hawa dengan menggunakan rumus kaaf-Haa-yaa-ain-shood. Kalau Alloh menumbukkan zathidup pembawa isterinya (tenaga-tambahan = quark-tampan dan quark-cantik) kepada bahan, maka Maryam menumbukkan bahan (DNA dirinya) kepada quark-tampan bawaan zathidup. Agar jelas, saya cantumkan saja tafsir permukaannya.
“Maryam meninggalkan alam manusia (keluarganya), menembus dimensi-dimensi ruangwaktu kasar-halus-lembut (cermin-C-CP-T) hingga ke ufuknya (suatu tempat) di alam awal penciptaan (sebelah timur = awal hari = cermin-P)(Maryam 16).
Dengan menembus dimensi-dimensi ruangwaktu itu, Maryam telah mengadakan tabir penutup diri dan lenyap dari alam manusia (keluarganya). Lalu dia menumbuk cermin-P pembatas alam ruh seperti dilakukan Ibrohim dan Musa (Al-Baqoroh 60), memunculkan 12 lompatan bundel quark bersuku-suku (berkelompok-kelompok jenis makhluk) berisi zathidup (roh) utusan Hukum (kami). Quark-quark itu berbentuk hologram. Satu diantaranya adalah quark-tampan. Ketika Maryam menepuk bundel quark tampan itu, terjadi zoom, dan bundel tersebut membesar menjelma dalam ujud manusia tampan sempurna (Maryam 17).
Maryam terpesona oleh hologram lelaki itu. Maka dia melakukan dialog imajiner dengan hologram tersebut: ‘Wahai hologram, sesungguhnya kamu telah mempesona hatiku. Maka aku berlindung pada Hukum (Tuhan) yang mahasuci dari kekotoran rasa (nafsu). Jika patuh pada Hukum, kamu jangan menggodaku. Sebab aku datang ke sini bukan untuk berzina, tetapi akan melakukan percobaan ilmu menciptakan anak lelaki setampan kamu (Maryam 18).
Hologram mengilhamkan jawaban: ‘Sesungguhnya aku hanya satu dari demikian banyak hologram utusan Hukummu (Tuhanmu) sebagaimana kamu lihat sendiri. Melalui aku, Tuhanmu yang pengasih dapat memberimu anak lelaki yang suci setampan aku’ (Maryam 19).
Maryam bertanya: ‘Bagaimana caranya aku akan memperoleh anak? Padahal tidak seorang pun lelaki bangsa manusia pernah menyentuh tubuhku. Sedangkan kamu hanya hologram, dan aku bukan seorang pezina’ (Maryam 20).
Hologram memberi ilham: ‘Bukankah kamu telah mempelajari percobaan Ibrohim menghidupkan 4-burung yang dibawanya dari alam kasar ke sini? (Baqoroh 259-260). Kalau Ibrohim melakukannya dengan menumbukkan DNA (bahan) burung pada cermin-P (Baqoroh 73), maka kamu pun cukup memukulkan DNA-mu padaku. Begitulah caranya. Selanjutnya roh suciku yang akan memprosesnya dan Tuhanmu (Hukum Akal) akan mengevolusikan hingga jadi janin. Kemudian terserah kamu, apa yang akan kamu lakukan pada janin itu’. (Maryam 2l).
Mengikuti ilham akalnya, Maryam pun mencabut 3-helai rambutnya, lalu ditumbukkan pada hologram lelaki tampan di qoof (cermin-P) itu. Maka berlangsunglah proses evolusi penciptaan mahacepat dari kaaf ke Haa dan menumbuk yaa. Sekejap kemudian bundelnya meloncat keluar dari cermin-P dalam ujud tampak. Mengikuti petunjuk Ibrohim, Maryam menangkap bundel itu dan dibawa ke cermin-T di ‘ain untuk mempercepat prosesnya. Setelah keluar dari cermin-T, Maryam membawanya lagi ke cermin-CP di dood. Di situ dia melakukan rekayasa genetika pada hati dan otak janin. Setelah beres, janin itu dimasukkan ke dalam kandungannya sendiri di shood sebagai bayi tabung. Dia keluar dari cermin-C di roo’, kembali ke alam kasar yang jauh dari lingkungan masyarakat, di sebuah oase sepi untuk menunggu kelahiran bayinya (Maryam 22).
Ali Imron 62. Begitulah cara Maryam melakukan percobaan ilmu menciptakan anaknya sendiri, almasih (manusia buatan) Isa. Sesungguhnya yang diceritakan Qur’an ini adalah kisah yang sebenarnya. Sebab hanya akal yang dapat menciptakan segala sesuatu dengan ilmu. Dan tidak ada Hukum (Tuhan) lain yang mengevolusikan segala sesuatu dari bahan hingga jadi benda teknologi dan dari sebab ke akibat dalam perubahan bentuk mengurut sinambung kecuali Hukum Akal (Tuhan Alloh), sehingga semuanya dapat dijelaskan akal dengan alasan-alasan ilmu yang benar.
Ali Imron 63. Isa itu almasih (manusia buatan) ciptaan Maryam (ibunya) sendiri, yang caranya tidak berbeda dengan cara Alloh menciptakan Adam dan Hawa (Ali Imron 59). Bedanya, kalau Alloh menumbukkan tenaga-tambahan (quark-tampan dan quark-cantik) kepada bahan, maka Maryam menumbukkan bahan (DNA-nya) kepada tenaga-tambahan. Sedang kecerdasannya yang jenius dan moralnya yang pengasih-penyayang dibentuk oleh Maryam sendiri dengan melakukan rekayasa genetika pada otak dan hati Isa di alam halus ketika masih janin. Hasilnya, Isa jadi nabi sejak bayi karena menemukan dan memahami bahasa ibunya, sehingga dapat bicara sejak lahir (Maryam 30).
Karena alasan itu, Muhammad mengajak penganut agama Nasrani untuk hijrah kepercayaan. Kalau selama ini mempercayai Maryam sebagai anak perempuan manusia yang terpilih jadi isteri Alloh hingga melahirkan Isa sebagai anak Tuhan, buang kepercayaan mitos itu. Sebab Alloh itu Akal, dan Akal adalah Moral Pengasih-Penyayang tanpa wujud, sehingga tidak layak bagi Alloh mempunyai isteri dan anak dari manusia, mengingat isteri (pasangan) Alloh adalah alam semesta (Maryam 35).
Jika kemudian mereka menolak hijrah kepercayaan (berpaling), dengan sendirinya mereka termasuk golongan kafir. Kepercayaan itu sama dengan agama Islam yang menganggap ritual penyembahan sebagai jalan menghapus dosa dan jaminan masuk Syurga, sehingga membuka peluang besar kepada penganutnya untuk melakukan perbuatan dusta-salah-buruk-jahat-takadil. Sebab sesungguhnya Alloh mengetahui, dampak dari ritual penyembahan sebagai jalan mengampuni-menghapus dosa, membuat moral jadi tidak berguna samasekali, sehingga akan membawa orang melakukan berbagai kerusakan dan berbunuhan di muka Bumi (Baqoroh 30)”.
Dari tafsir itu jelas sekali, Maryam adalah seorang rosul karena mampu menembus dimensi-dimensi ruang kasar-halus-lembut hingga ke ufuknya seperti rosul lain. Bahkan dia rosul terunggul dari 5 rosul unggulan yang dalam Qur’an oleh Rosul Muhammad namanya diabadikan pada surat-surat khusus: Hud, Yunus, Yusuf, Ibrohim, Maryam, karena Maryam mampu menciptakan manusia sungguhan yang jenius.
Jawaban 2.1. Rosul adalah orang yang tuntas penelitiannya dalam mencari Pencipta. Mereka menembus dimensi-dimensi ruang kasar-halus-lembut hingga ke ufuknya. Dari cerita Maryam 16-22 jelas sekali. Untuk melakukan percobaan menciptakan Almasih Isa, Maryam menembus dimensi-dimensi ruang hingga ke ufuk peritiwa itu yang berfungsi sebagai layar komputer mahacanggih, sehingga dia juga seorang rosul. Karena jabatan rosul diberikan bangsa malaikat atas nama Tuhan (Hukum) kepada yang mampu menembus cermin-T (hukum pembalikan waktu = batas alam malaikat).
Jawaban 2.2. Qur’an disusun dalam bahasa puisi yang mematuhi kaidah bahasa-sastera (nahwu-shorof) dan alasan-alasan diturunkannya ayat (intrinsik ayat = asbabun nuzul ayat). Menurut kaidah bahasa-sastera, bila si Dadap sarjana hukum ingin menuliskan namanya sebagai anak si Waru, maka bukan ditulis Dadap bin Waru SH, tetapi harus ditulis Dadap SH bin Waru. Kalau Isa seorang rosul ingin menyertakan nama Maryam ibunya, maka tulisannya harus Isa Rosul Alloh putera Maryam. Karena itu bila pada An-Nisaa 157 dikatakan Isa putera Maryam Rosul Alloh, maka yang rosulnya bukan Isa tetapi Maryam.
Ketiga. Bangsa malaikat dan bangsa setan hidup kekal sepanjang alam Fana berlangsung karena mereka tidak pernah makan-minum yang merusak jasad. Artinya, kalau di alam malaikat saja yang ruangnya berpusing dalam kecepatan cahaya, makhluk sudah tidak makan-minum, apalagi di alam Syurga yang pusingan ruangnya lebih cepat dari cahaya dan kekal (tidak ada perusak jasad, dan tidak ada pemuasan nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad). Karena itu istilah buah-buahan (makanan, benda-benda) sebagai rizki bukan makanan jasad, tetapi pengetahuan alam peragaan sebagai makanan akal.
Keempat. Cerita isro-mi’roj Nabi Muhammad yang sampai ke Sidrotil Muntaha bertemu dengan Alloh, dan dalam perjalanannya melihat Syurga dan menyaksikan orang-orang yang disiksa dalam Neraka adalah dongeng bohong hadits orang kafir. Alasannya ada tiga:
1) Alloh itu Akal tanpa wujud, sehingga mustahil ada rosul yang melihat-bertemu-bicara dengan Alloh. Asy-Syuuro 51: Alloh tidak berkata-kata dengan manusia, kecuali dengan perantaraan wahyu (ilham akal) atau dibalik tabir (gejala-tampak alam peragaan);
2) tidak ada rosul yang bisa masuk ke alam ruh dengan menembus cermin-P hingga ke Sidrotil Muntaha (cermin-CPT), sebab cermin-P itu tidak bisa ditembus makhluk wujud (lubang yang tak tembus, An-Nuur 35). Karena itu cerita Nabi Muhammad melihat orang yang disiksa dalam neraka adalah dongeng bohong rekayasa otak tinggi. Dalam Qur’an tidak ada mi’roj, sebab isroo itu bergerak dalam bark = kecepatan cahaya.
3) hingga sekarang Neraka itu belum ada (belum dinyalakan, Takwir 12), dan penghunian Syurga-Neraka baru terjadi setelah kiamat di hari berbangkit, bukan sekarang.
Penciptaan alam dan seluruh isinya berlangsung serbasama-serbaserupa (homogen isotrop) dari ukuran terbesar (alam semesta) yaitu alam syurga (positif), alam ruh (nol), alam Fana (negatif) hingga ukuran terkecil yaitu elektron (negatif), netron (nol), proton (positif), bahkan hingga zarah gaung quark negatif-nol-positif. Dari pasangan tiga alam itu amat jelas, Alloh tidak menciptakan Neraka. Sebab Alloh yang pengasih-penyayang, mustahil akan menciptakan alam siksaan (Neraka). Neraka atau alam siksaan itu adalah alam akibat yang diciptakan makhluk menurut pilihan langkah hidupnya sendiri. Dalam kenyataannya, alam Fana adalah alam pembangkang Tuhan yang meloncat ke ujud tampak.
Paul Dirac menyatakan, elektron yang meloncat ke ujud-tampak akan jatuh cepat kembali ke lubang bekas meloncatnya. Artinya, alam Fana (alif-laam-roo) yang meloncat ke ujud tampak dari alam Ruh, pada regangan maksimum menjauhnya (pengembangan maksimum menjauhnya), akan diseret balik oleh gaya nuklirkuat (akan terjadi pembalikan ruangwaktu = kiamat) masuk kembali ke alam Ruh bekas meloncatnya menjadi Neraka (alif-laam-miim-roo), sehingga penghunian Neraka hanya akan terjadi di alam akibat nanti setelah kiamat.

Total Tayangan Halaman

Daftar Blog Saya